Apa kabar Bandung Tahun 2023?
Rupanya perjalanan ke Bandung itu nggak mudah karena saat ini belum ada pesawat direct, perjalanan harus transit dulu antara Bali atau Jogja. Saya memilih yang transit Bali karena lebih murah. Pilihannya naik Super Air Jet berangkat dari Surabaya Jam 06.00 pagi, lalu transit di Bali sejam dan sampai di Bandung Jam 09.45. Lumayan kalau ditotal 4 jam perjalanan.
Sampai di Bandung saya memilih hotel sekitaran stasiun Bandung, karena pulangnya mau naik kereta. Nama hotelnya El-Cavana. Hotel lama tapi masih layak dihuni, kalau malam bisa "ajojing" katanya sih tempat dugem dan karaokenya terkenal.
Hari ke-1
Warung Kopi Purnama
Selanjutnya saya mencari referensi kuliner legendaris yang ada di Bandung. Saya menjatuhkan pilihan pada Warung Kopi Purnama. Kedai kopi ini berdiri sejak tahun 1930. Sewaktu saya datang, antrian pengunjungnya sudah meluber hingga keluar warungnya. Saya dapat tempat duduk setelah antri 10 menitan, padahal bukan long weekend.
Warung ini terlihat istimewa karena perabotannya masih menggunakan perabotan lama. Interiornya khas peranakan kuno. Menu istimewanya yang menjadi pesanan saya yaitu roti srikaya dan kopi susu. Saya juga memesan kwetiau.
Rotinya mirip dengan roti sisir dikasih selai srikaya. Apalagi nyeruput kopinya beeeeh anget... Kwetiaunya sih layaknya kwetiau pada umumnya. Mungkin istimewanya adapada buburnya. Saya menikmati suasana warung kopi purnama bersama teman-teman saya. Meskipun ramai pengunjung, kita tetap bebas nongkrong lama-lama.
Naik Bandros
Warung Kopi Purnama ini berada dikawasan nggak jauh dari alun-alun Bandung. Saya sama teman saya jalan kaki ke Alun-alun buat Naik Bandros, biar kayak turis beneran :). Untuk Bandung Tour Bus ini kita harus bayar Rp. 20.000,-
Ada 5 rute yang bisa kita pilih dengan rute yang berbeda. Saya memilih yang rute - Alun-alun Bandung -Jalan Cibadak-Chinatown-Paskal Hypersquare- Kawasan Setiabudi- Kawasan Belanja Cihampelas- Istana Plaza- RS Hasan Sadikin- Paris van Java- Univ. Pendidikan Indonesia- Gedung Pakuan Pasar Baru Trade Center dengan durasi 45 menitan.
Satu Bandros ada satu tour guide yang menjelaskan antara tempat satu ke tempat yang lainnya. Asik sih bisa tahu sejarahnya. Cuma nggak enaknya kita harus duduk berdesakan kalau misalnya kita naik terakhir. Kayak saya nih, karena Bandrosnya udah mau berangkat jadi dapat tempat duduk yang menghadap ke samping bukan ke depan.
Selanjutnya karena belum check inn hotel, setelah naik Bandros saya langsung ngegrab ke Hotel untuk check inn. Sejam kemudian langsung keluar lagi karena udah lapar dan pengen nyobain yang viral yaitu ke Tjuanki Station.
Tjuanki Station
Sebenarnya saya nggak sengaja menemukan kuliner viral Tjuanki Station. Waktu itu saya melewati Stasiun Bandung, lihat kedai Tjuanki Station ini ramai banget. Pengunjungnya sampai antri panjang. Langsung deh browsing, eh iya ternyata viral.
Cuanki sering disebut dengan baksonya orang Bandung. Isinya yang berbeda dengan bakso yaitu ada krupuk cuanki lidah yang kriuk dan juga biasanya dilengkapi dengan tetelan. Nah Tjuanki Station ini versi modern cuanki yang udah dibuka mulai Tahun 2021.
Saya memilih porsi termahal yaitu Cuanki Spesial seharga Rp. 28.000,- isinya ada bakso urat besar, tetelan, siomay goreng, tahu kukus, cuanki lidah dan cuanki batagor. Rasa kuahnya guruh light seperti kuah bakso solo atau bakwan. Paling suka sama cuankinya yang kriuk tapi ketika dikasih guyuran kuah baksonya jadi empuk tapi tetap ada crispy. Saya sih suka dan cocok menu Tjuanki Station ini.
Paris Van Java Mall
Diantara semua mall yang ada di Bandung, saya direkomendasikan untuk ke Paris Van Java Mall. Di mall ini semuanya serba ada, kelas kantongnya juga pas untuk ukuran kelas pas-pasan seperti kantong saya.
Mumpung masih sore saya ke Rooftopnya yang ada tamannya. Unik, karena ada taman diatas mall. Selanjutnya "towaf" antara lantai bawah sampai atas. Malamnya nongkrong di Fore :)
Hari ke-2
Paskal Food Market
Hari kedua di Bandung saya cuma keluar malam hari, karena paginya ada seminar. Dari el Cavana saya jalan ke Paskal Hypersquare. Jaraknya sekitar 1 km-an. Namun ketika sampai dimallnya kok nggak menarik karena lagi nggak mood belanja :)
Kita melipir lagi ke belakang mall mau nongkrong di Paskal food Market. Konsep food market ini jejeran stand kuliner. Pilihannya banyak meskipun agak pricey. Yang saya suka suasananya yang nyaman banget buat nikmati suasana malam di Bandung.
Pilihan makanan kami acak asal pesan pesan saja. Seperti saya yang pengen banget makan mie kocok Bandung.
Puas di Paskal Food Market, kita mau cari bancang yang viral di Kawasan Dago.
Jalan Braga
Kawasan Braga Bandung pastinya jadi jujugan wisatawan kalau ke Bandung. Kami sampai di Braga sekitar jam 21.00, terlalu malam untuk nongkrong tanpa tanda kutip :) Kalau malam kawasan Braga akan berubah menjadi tempat hiburan malam. Bahkan bancang viral yang jadi target saya tutup.
Ya udah kita nikmati malam sambil nyari spot foto-foto yang bagus, yang penting sampai Braga. Target saya mau ke ice cream legendaris Cantina dan Nongkrong di kafe tahi lalat pun gagal.
Hari ke-3
Toko Roti Liza
Malamnya saya menemukan wangsit oleh-oleh viral di Bandung yaitu Toko Roti Liza. Lokasinya dekat dengan Paskal Food Market. Untuk ke Toko Liza, saya berjalan kaki dari hotel 1 km. Lumayan sambil menghancurkan lemak-lemak setelah sarapan pagi di hotel.
Saya sampai ke Toko Liza persis jam 07.30. Rupanya saya harus menunggu setengah jam dulu karena roti sisir baru tersedia jam 08.00 pagi. Ada jam-jam khusus ketersedia roti sisir yaitu jam 08.00, 11.00, 14.00 dan 17.00. Roti sisir dibuat terbatas supaya fresh, maksimal 3 hari di suhu ruangan, sedangkan pia maksimal 2 minggu di suhu ruangan.
Saya mendapatkan waiting list ke-3. Waktu itu nggak terlalu ramai karena weekday. Sambil nungguin roti sisir matang, saya memesan kopi khas Liza Rp. 28.000. Ada aroma khas dikopinya dan foamnya rasanya asin gurih bikin saya nggak terasa tiba-tiba udah 30 menit aja nungguin rotinya.
Hampir semua varian roti sisir di Toko Liza ini saya beli. Diantaranya ada roti sisir biscof, daging sapi asap, manis keju, asin lemper, manis ovaltine, mentega gula dan beberapa varian lainnya dengan harga Rp. 11.000 s.d Rp. 12.500. Enak nggak? waduh...duh... enak banget. Rotinya lembut banget, dengan rasa roti sisir yang khas gurih mentega. Saya paling suka sama biscoff dan daging asapnya campur keju yang gurih, asin, dan melted. Pokoknya bikin pengen balik ke Bandung.
Saya juga beli pianya seharga Rp. 60.000,-. Dibandingkan dengan yang di Jogja, rasanya jauh lebih mewah dan ada harga ada rupa. Wanginya, lembutnya dan isinya si pia ini beda banget sama lainnya.
Heritage Factory Outlet
Ke Bandung harus beli "gombalan". Kalau orang Jawa "Gombal" itu bukan rayuan maut laki-laki tapi beli baju yang tiada akhir ha...ha...ha... Waktu di Paskal kemarin sudah beli ke Uniqlo...yang bikin kantong langsung da...da...da... Tapi kok nggak afdol nggak belanja baju di Factory Outlet. Saya putuskan harus belanja #waduh
Sampai di Heritage Factory Outlet langsung berbinar-binar lihat baju-baju berukuran jumbo. Bahkan teman saya yang sama-sama berukuran jumbo juga beli baju kembaran :) Heritage Factory Outlet ini jadi satu juga sama Uniqlo, jadi kayak beda kasta. Yang satu murah-murah dan yang satu harganya bergitulah.
Bakso Cuanki dan Batagor Serayu
Sewaktu saya ngobrol dengan sopir Grab. Pak kuliner yang enak di Bandung yang mana sih Pak? saya sebut kuliner "A" katanya orang Bandung itu sih biasa aja. Kuliner "B" juga biasa aja. Namun ketika saya menyebutkan "Bakso Cuanki dan Batagor Serayu" si Mamang langsung bilang "kalau itu mah memang enak kata orang Bandung". Wah cusss donk berangkat...
Eh benar, lautan manusia langsung memadati si Bakso dan Batagor Serayu ini. Teman saya bertugas memesan makanan dan saya mencari tempat duduk. Bahkan perjuangan mencari tempat duduk saya harus beradu mulut dengan seorang ibu-ibu. Padahal saya cuma bilang, " bu ini tempat duduknya teman saya". Si ibu langsung ngegas...iya saya tahu makanya saya nggak duduk situ, padahal dia duduk dikursinya itu wkwkwkwkwk... Udah ah takut viral, perdebatan yang nggak penting langsung saya akhiri sambil manggut-manggut.
Di Bakso Cuanki dan Batagor Serayu ini bisa dipesan setengah porsi. Karena saya pengen dua-duanya maka saya pesan dua sekaligus dengan pesanan setengah porsi seharga Rp. 12.000,-an. Ya mumpung kan antrinya penuh perjuangan, sayang aja kalau nggak nyobain keduanya.
Bakso Cuanki setengah porsinya isinya nggak seheboh yang di Tjuanki Station. Isinya ada bakso, gorengan, cuanki, tahu putih dan seperti kikil tapi bukan tetelan. Gurihnya sih lebih gurih Tjuanki Station, lebih light tapi tentunya enak.
Biasanya saya kalau di Jawa pesan batagor yang 10.000an pakai plastik isinya cuma tepung kenyal-kenyal semua. Eh kalau di Serayu ini beda. Isinya beneran tahu goreng yang terasa ikannya dan ada juga gorengan yang isinya ikan. Sambal kacangnya pun yang medok banget aroma kacangnya yang kental. Best deh batagornya pengen tak bawa pulang aja.
Kopi Aroma
Masih ada misi selanjutnya di Bandung, yaitu beli Kopi Aroma. Turun dari Grab saya langsung syok, haaaaah antri banget. Udah gitu yang antri kebanyakan para laki-laki.
Kopi aroma ini rekomendasi dari teman saya. Kalau dari tulisannya sih sejak 1930, berarti seangkatan sama kopi Purnama. Ada dua rasa yaitu Mokka Arabika dan Robusta. Kopi yang tersedia versi gilingan bukan kopi yang diseduh dan tidak bisa diminum ditempatnya. Memang dikhususkan buat dibawa pulang. Ukurannya yang Mokka Arabika 250 gram seharga Rp 40.000 dan 500 gram Rp. 80.000, sedangkan yang Robusta 250 gram Rp. 27.500 dan 500 gram Rp. 55.000,-
Menurutku yang bikin antriannya lama itu karena proses penggilingannya dibuat langsung ketika kita order atau nggak distockin dulu. Kopi baru dipacking kalau udah dipesan. Alhasil perorang harus nungguin kopi dipacking. Waktu saya cobain di rumah, memang rasanya beda ya. Benar-benar kopi asli dan aromanya khas banget. Buat para bapak-bapak wajib dicoba.
Beli oleh-oleh di Pasar Baru
Dari kopi aroma tadi saya jalan ke Pasar Baru sambil bawa gembolan barang-barang, ya kopilah, baju dan entah apalagi. Lumayan jalan kaki terseok-seok sampai ke Pasar Baru sekitar sekiloan.
Saya memang nggak belanja baju di Pasar Baru, tapi beli oleh-oleh krupuk cuanki dan aneka camilan lainya. Lumayanlah harganya murah tapi yang nggak kuat sama pengamen-pengamennya yang tiap 5 menit ada aja yang datang.
Ya begitulah cerita singkat saya ke Bandung :) Mudah-mudahan tahun depan bisa ke Bandung lagi. Saya juga sempat ngevlog dikit-dikit buat tambahan dokumentasi di artikel ini.
0 Comments