Kuliner halal di Beijing adalah sebuah catatan kulineran ketika saya di Beijing. Ini adalah sebuah perjalanan saya satu bulan sebelum Covid-19 menyerang di Indonesia. China bukanlah negara impian yang pengen saya jelajahi, namun ada promo tiket Malaysian Airlines ke Beijing cuma 3 juta, ya udahlah saya berangkat. Ternyata China memang unik mulai dari wisata, kuliner dan masyarakatnya berbeda dengan Negara yang pernah saya kunjungi.
Sulit nggak cari kuliner halal di Beijing? Semuanya memang kembali pada niatnya, intinya restoran halal di China itu ada, kok.
Western Mahua
Restoran western mahua sudah diklaim halal oleh lembaga muslim di Beijing. Pun sertifikatnya sudah halal bukan lagi no pork no lard seperti di Singapore. Cabang Western Mahua ini ada sekitar 6 cabang di Beijing. Saya sendiri pernah mencoba yang dicabang Western Mahua Dongsi Restaurant dan Silk Market.
Lokasi Western Mahua Dongsi Restaurant itu dekat dengan penginapan saya di Spring Time Hostel. Jalan kaki sekitar 150 meter aja sudah sampai di Restaurant. Waktu itu pertama kali makan di Beijing ya di Western Mahua dan langsung syok sama porsinya yang pake mangkok seukuran baskom.
Di Beijing itu kendala utama adalah Bahasa. Mereka kategori bahasa Inggris dasar seperti penyebutan nomor seperti one, two, three... nggak paham, apalagi porsi seperti small, large malah nggak paham blassss... Lalu diperparah semua menu yang didisplay pake tulisan Bahasa China beserta hurufnya. Oke setelah dengan bahasa isyarat dengan nunjuk foto menu lalu mereka jawabnya """cang..cing..cung... la..la...la..." jadi setiap kita ngomong pake Inggris mereka menjelaskan dengan bahasa China..
Intinya saya pesan yang best sellernya mereka Signature bone sooup beef noodle. Waktu mienya datang gilaaaak besar banget ukurannya, bisa untuk 3 orang. Harganya 25 yuan (1 yuan = 2.170) ya sekitar 50 ribuan lah. Mienya banyak banget dan dagingnya juga gede-gede. Bahkan sangking kenyangnya saya sampai sehari cuma makan berat itu aja, lainnya nyemil.
oooh...iya ada yang lebih lucu lagi nih. Saya sama teman saya tuh pengen minta mangkok dan sendok lagi supaya biar gampang mencicipi menu saya dan menu teman saya. Mintalah ke kasir...kita pakai bahasa Inggris..si kasirnya nggak paham langsung panggil temannya..temannya nggak paham juga...lalu panggil chefnya dikira komplain sama masakannya...kalau ingat saya sampai ngakak teman saya dikerubutin sama pegawai restoran.
Beberapa hari berikutnya...
Waktu kita belanja di Silk Market dan lapar banget, lalu males cari restoran halal yang aneh-aneh, akhirnya kita makan di Western Mahua cabang Silk Market. Berbeda dengan yang di cabang Dongsi Restaurant yang nggak ada menu bahasa Inggris, para waitresnya seolah memahami kita disodorin menu yang ada bahasa Inggrisnya.
Di silk market saya nggak ingat apa nama menu yang saya pesan. Pokoknya saya pengen makan nasi sama lauknya seperti ayam semur tanpa kuah dengan rumput laut dengan harga 26 yuan. Ada juga pesanan saya lamb skewer seharga 15 yuan. Satenya nggak prengus, full lada hitam.
Kalau ke Beijing memang paling aman makan di Western Mahua ya.. meskipun rasanya bukan yang ueeeenakkk..tapi oke dengan lidah Indonesia.
Dong Lai Shun Muslim Restaurant
Donglaishun merupakan restoran yang ramai dikunjungi muslim dan non muslim dikawasan Wangfungjing Market. Terlihat dari pengunjungnya yang banyak nggak berjilbab. Sebenarnya saya keder masuk ke restoran ini karena dari luar aja terlihat mahal apalagi menunya hot pot. Di Indonesia aja hot pot mahal apalagi di China. Tapi kok ya naluri penasaran lebih kuat dibandingkan dengan penghematan budget. Okelah saya langsung melangkahkan kaki masuk restoran.
Di sini lebih friendly wisatawan karena waitresnya sedikit bisa bahasa Inggris, garis bawahi ya sedikit hehehhehe... Waktu masuk saya dikasih nomor antrian dan mereka sudah nanya berapa orang sambil tetap mengacungkan jari satu atau dua. Setelah menunggu 15 menitan, saya diarahkan menuju tempat duduk dan sekeliling saya rameee banget yang makan bersama keluarga.
Waktu saya lihat menunya, menu di Dong Lai Shun Muslim Restaurant adalah daging kambing alias lamb. Waduh takut donk, takut prengus atau bau. Saya tetap pesan yang satu slice lamb yang tipis dan satunya agak tebal. Saya lupa persisnya yang bagian tubuh kambing yang sebelah mananya.
Setelah pesan langsung diletakkan hot pot dimeja beserta kuah kaldunya. Pelengkapnya ada daun bawang dan saosnya pake kacang...hmmm unik saosnya kayak makan sate kambing bersaus kacang. Selanjutnya daging dihidangkan dan kita tinggal merebus daging dimasukkan satu-satu.
Enak banget sih makan daging karena beberapa hari makannya cuma mie sama ayam aja. Lambnya beneran nggak prengus trus dicocolin pake bumbu kacang kok enak banget ya. Saya habis 159 yuan..sekitar 300 ribuan. Recommended bangetlah buat wisatawan muslim di Beijing.
...
Dua restoran diatas sudah pasti halal ya...selanjutnya saya pengen bahas restoran fast food di Beijing. Jajan kulineran di Nanluogoxiang dan Wangfujing Street yang tidak ada klaim halalnya.
Makan di KFC dan Mc D Beijing
KFC di Beijing bukanlah kuliner halal, tapi bukan berarti menu yang saya pilih babik. Berbeda dengan Mc D yang burgernya masih ada menu babi, kalau di KFC burgernya cuma ada pilihan ayam. Waktu saya pesan di KFC jangan dibayangin menunya ada bahasa Inggrisnya, rata-rata menunya bahasa China. Seperti biasanya saya nunjuk-nunjuk menu, lalu memesan mealbox yang sepaket isinya nugget ayam, mashed potato dan eggtart dengan minumnya seharga 37 yuan.
Waktu di KFC saya nggak pesan ayam gorengnya jadi nggak bisa membedakan enakan mana sama ayam di Indonesia.
Selanjutnya saya pengen sarapan pagi di Mc D yang lokasinya dekat dengan penginapan kami. Di Mc D juga display menu yang terpasang memakai bahasa China. Pesanan saya adalah paket breakfast seperti di Indonesia dapat chicken burger sama kopi, lalu nambah hash brown dan cakue. Overall sih menu mc d yang saya pesan rasanya samalah kayak di Indonesia, yang beda cuma kalau di Indonesia nggak ada cakue.
Di Mc D Beijing ini tersedia burger pork jadi saya nggak bisa klaim kalau Mc D di Beijing itu halal ya.
Jajanan di Nanluogoxiang
Saya yakin wisatawan pasti suka jalan-jalan di Nanluogoxiang. Di sana merupakan pusatnya kuliner. Sebenarnya ini merupakan gang sempit, hanya saja lokasinya sejalan dengan kereta di Tianment Square makanya banyak banget wisatawan yang berkunjung ke Naluogoxiang.
Artikel lengkap tentang Nanluogoxiang akan saya tulis terpisah karena saya akan membahas tentang kulinernya aja. Jadi sepanjang jalanan sempit Nanluogoxiang adalah street food yang macem-macem jenisnya. Rata-rata antriannya panjang banget disetiap standnya. Pengen sih coba yang aneh-aneh tapi takut babik ya. Akhirnya sama coba takoyaki sama boba tea.
Soal rasa takoyakinya sama aja kayak di Indonesia, begitupula boba tea ya sejenis sama chatime dan koi. Kalau mau beli oleh-oleh makanan di Nanluogoxiang juga lengkap. Saya juga masuk ke toko camilan khusus nougat di Nanluogoxiang. Di kedai tersebut bebas nyobain testernya.
Nah ketika mau beli nougatnya jadi masalah lagi hahahahahha... di nougat tersebut ga ada tulisan harganya bikin kita bingung. Tanyalah sama mbaknya kita pake bahasa Inggris karena blank jadi bahasa Jawa. Mbaknya juga blank lagi pake bahasa isyarat. Sangking plonga plongo kita sampai lupa bahasa Inggrisny "timbangan" hahahaha.. Ini ada youtibenya yang udah aku posting ketika kita ribet banget ngomong di Beijing.
Sekian review kulineran di Beijing, semoga menginspirasi buat kalian yang pengen jalan-jalan ke Beijing.
1 Comments
wishlist ke China nih.
ReplyDeleteDulu udah plan ke Hainan, ehh gagal hahaha
Seru juga kalau ke Beijing, Shanghai gitu
Bahasa tetep yang jadi kendala ya mbak, kayak di Vietnam juga