Saya masih ingat ketika di sekolah anak saya mewajibkan Bulan Imunisasi Campak dan Rubela yang dilaksanakan pada bulan Januari 2022 sesuai anjuran dari Kemendikbud. Waktu itu pertamakalinya disaat pandemi anak saya imunisasi di sekolah. Pun banyak walimurid yang khawatir karena takut masih pandemi dan sejumlah kekhawatiran jika terjadi KIPI setelah vaksin. Saya tetap mengisi form persetujuan imunisasi dan alhamdulilah vaksinasi dilaksanakan di Sekolah dengan lancar.
Capaian imunisasi dasar lengkap untuk anak-anak baru mencapai 58,4% dari target 79.1% per Oktober 2021 .
Kementerian Kesehatan bersama dengan GlaxoSmithKline (GSK) Indonesia, perusahaan kesehatan global, kembali menekankan pentingnya imunisasi untuk mencegah berbagai penyakit berbahaya dalam peringatan Pekan Imunisasi Dunia (PID), Senin, 18 April 2022. Saya mengikuti acara ini melalui zoom.
Melalui tema “Long Life for All -
sehatkan keluarga, lewati pandemi dengan imunisasi lengkap”, Kementerian
Kesehatan dan GSK Indonesia mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk tetap
memberikan imunisasi secara rutin kepada anak meskipun kita masih berada di
situasi pandemi.
Saya membuka buku imunisasi anak saya. Usianya 10 tahun dan memang benar saya cek lagi terakhir kali imunisasi tahun 2019 sebelum pandemi. Harusnya dia dijadwalkan imunisasi HPV.
Dua tahun terakhir, sejak dunia terdampak dengan pandemi, pelaksanaan layanan imunisasi cukup mengalami tantangan. Secara global, pada tahun 2020 WHO merilis terdapat 23 juta anak di bawah umur satu tahun yang tidak menerima imunisasi dasar. Ini merupakan angka tertinggi sejak tahun 2009. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan dan UNICEF melaporkan 84% dari fasilitas pelayanan kesehatan imunisasi anak di Indonesia terdampak COVID-19 .
Plt. Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes, dr. Prima Yosephine MKM mengatakan bahwa dalam menjawab tantangan ini Pemerintah telah mengeluarkan dan mensosialisasikan Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Petunjuk Teknis untuk mengatur pelaksanaan pelayanan imunisasi rutin pada masa pandemi COVID-19 serta melakukan akselerasi imunisasi bagi anak yang belum lengkap statusnya. “Disamping sikap waspada terhadap virus COVID-19 yang terus dijaga, layanan imunisasi pada anak harus tetap diberikan untuk menghindari risiko terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) yang diakibatkan oleh Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi” ujar dr. Prima dalam acara peringatan PID, Senin (18/04).
Potensi wabah KLB dapat terjadi mengingat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) seperti difteri dapat menular. Difteri merupakan bakteri yang menyerang saluran pernapasan pada selaput lendir hidung dan tenggorokan yang menyebabkan anak sulit bernapas . Pada bulan November dan Desember 2021 lalu dilaporkan bahwa tiga kabupaten di Sulawesi Selatan, Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Sidenreng Rappang, dan Kabupaten Barru mengalami kasus KLB difteri dan campak .
BAGAIMANA JIKA IMUNISASI ANAK SUDAH TERTINGGAL?
Dokter Spesialis Anak, Prof. DR. dr. Hartono Gunardi,
Sp.A(K) mengatakan penting bagi orang
tua untuk segera melengkapi dan mengejar imunisasi anak yang tertinggal tanpa
harus mengulang jadwal imunisasi dari awal” ungkapnya.
Jadi bisa dijelaskan jika ada salah satu yang tertinggal dan belum imunisasi maka tidak perlu mengulang dari awal. Sebaiknya langsung ke dokter untuk mendapatkan jadwal imunisasi dan mengejar tertinggalnya imunisasi. Biasanya kalau ke dokter anak langsung dibuatkan jadwal-jadwal imunisasi.
Jadwal imunisasi Kementerian Kesehatan yaitu hepatitis B, BCG, DTP, Hib, Polio, Campak, Rubela. Selain itu, orang tua juga dapat merujuk pada jadwal imunisasi yang direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Secara rinci, IDAI merekomendasikan anak berusia 0-12 perlu mendapatkan imunisasi vaksin Hepatitis B, Polio, BCG, DTP, Hib, PCV, Rotavirus, Influenza, MR, JE, dan Hepatitis A. Pada usia 1-2 tahun, anak perlu diberikan vaksin MMR, Varisela, vaksin ulangan DTP-Hib-Hepatitis B. Pada usia 24 bulan, anak perlu menerima vaksin Tifoid. Beranjak usia 9 tahun, anak juga direkomendasikan untuk mendapatkan vaksin HPV dan Dengue.
Sebagian besar vaksin tersebut
telah masuk dalam program imunisasi nasional sehingga masyarakat dapat
mengakses secara gratis melalui fasilitas kesehatan seperti Puskesmas maupun
Posyandu. Pada pertengahan tahun 2022 ini Kementerian Kesehatan juga akan
menambahkan vaksin PCV untuk mencegah penyakit pneumonia dan Rotavirus untuk
mencegah diare . Nah anak saya belum mendapatkan Vaksin PCV dan Rotavirus
karena baru dicanangkan.
YUK SEGERA LENGKAPI IMUNISASI
ANAK…
GSK Indonesia berkomitmen untuk
terus mendukung upaya Pemerintah dalam membangun dan memelihara kesehatan
masyarakat. Sebagaimana yang disampaikan
dr. Deliana Permatasari, Vaccine Medical Director GSK Indonesia, “kolaborasi
public dan private dalam upaya untuk menyampaikan informasi ilmiah kepada
petugas kesehatan dan juga masyarakat umum terkait imunisasi harus terus
lakukan agar dapat mempercepat cakupan imunisasi lengkap terhadap penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) diantaranya seperti Difteri Tetanus
Pertussis, Rotavirus, dan Pneumokokus”.
Mengingat Pentingnya Imunisasi
pada anak yuk mom segera lengkapi imunisasi pada anak. Nggak perlu khawatir jika
anak demam setelah imunisasi karena hal demikian wajar karena tubuh anak
mendapatkan cairan benda asing yang tentunya perlu waktu untuk tubuh si kecil
menerima imunisasi. Biasanya saya langsung kasih obat pereda panas dana nti
nyeri setelah imunisasi.
0 Comments