Toraja Utara mungkin masih asing bagi sebagian masyarakat Indonesia. Ya, kita lebih “familiar” dengan nama Tana Toraja. Pun banyak juga yang bertanya, “Samakah Tana Toraja dan Toraja Utara?”
Kabupaten Toraja Utara terletak di Provinsi Sulawesi Selatan kini berusia 13 tahun. Toraja Utara merupakan pemekaran dari Kabupaten Tana Toraja pada tahun 2008. Ibukotanya yaitu Rantepao. Alasan dilakukan pemekaran karena luasnya Tana Toraja, maka dirasa perlu untuk pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya. Sebelum pemekaran luas Tana Toraja adalah 3.205,77 km². Kini setelah mengalami pemekaran Tana Toraja luasnya 1.990 km² dan Toraja Utara luasnya adalah 1151 km².
...
Letak Toraja Utara dan Transportasinya
Pernahkah kalian ke Toraja Utara?
Kebetulan saya pernah sekali ke Toraja Utara pada tahun 2015. Dulu saya juga
berpikir kalau Tana Toraja juga sama dengan Toraja Utara. Informasi tentang
Toraja Utara saya dapatkan ketika saya sedang berwisata di sana. Meskipun
bersebelahan, tentunya dua daerah ini berbeda kabupaten. Namun secara geografis
tak jauh beda, yaitu 45% adalah dataran tinggi. Pun masyarakatnya juga berasal
dari Suku Toraja.
Batutumonga (sumber foto : visittoraja) |
Nggak salah loh, kalau Toraja
Utara disebut dengan Negeri Di atas awan dikarenakan wilayahnya berbukit dan
berada didataran tinggi.
Slogan pariwisatanya yaitu “Discover the Sacred Highlands” yang menggambarkan keagungan budaya Toraja serta lokasi geografis Toraja sebagai dataran tinggi.
Sewaktu saya datang ke Toraja
Utara, saya naik pesawat dari Surabaya ke Makassar lalu mengendarai kendaraan
mobil menempuh waktu perjalan sekitar 8 jam. Waktu itu bandara terdekat memang
harus melalui Makassar. Jarak Makassar ke Toraja Utara adalah 323 km.
Kabar gembiranya pada tahun 2014,
di Tana Toraja sudah dibuka bandara Toraja. Bandara Buntu Kunik ini telah diresmikan Presiden Jokowi pada Maret 2021. Letak bandaranya terletak 70,3 km
dari Toraja Utara. Kalau menggunakan mobil dari Bandara Toraja ke Toraja Utara
cukup 2 jam saja. Semakin dekat saja ya?
...
Upacara Adat yang Harus Kamu Tahu di Toraja Utara
Rambu Solo
Toraja Utara hingga saat ini
masih memegang erat adat kepercayaannya yang disebut Aluk. Aluk adalah adat
kepercayaan, nilai-nilai adat, dan aturan warisan yang benar-benar dijaga.
Toraja juga dikenal akan hidup berdampingan dengan kematian, karena kepercayaan
suku Toraja bahwa orang meninggal akan diperlakukan layaknya orang sakit,
sehingga masih harus disediakan minuman, makanan, dan dibaringkan di tempat
tidur. Rata-rata rumah masyarakat di Toraja Utara memang menyimpan jasad
leluhur sebelum Upacara Rambu Solo.
Waktu itu saya diberikan
kesempatan untuk datang ke rumah salah satu tokoh masyarakat, Ne’ Lembang.
Beliau menceritakan bahwa ibunya sakit hampir satu tahun. Sang ibu rencananya akan
dilakukan Upacara Adat Rambu Solo bulan depan (Agustus tahun 2015). Kami
diperbolehkan untuk masuk melihat sang ibu.
Saya ragu..karena takut, tapi
penasaran juga. Kami diajak masuk ke kamar ibu. Sang Ibu dibaringkan ditempat
tidur sambil ditutupi oleh kain Khas Toraja. Saya melirik di meja tak jauh dari
sang ibu juga ada makanan dan minuman. Jasad yang saya lihat masih utuh, tidak
bau sama sekali. Menurut tradisi, jasad-jasad itu diawetkan dengan daun-daun
khusus dan rempah-rempah yang digosokkan ke sekujur jenazah.
Upacara adat Rambu Solo adalah
upacara adat pemakaman sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada seseorang
yang sudah meninggal. Rambu solo merupakan upacara yang bertujuan untuk mengantarkan
arwah seseorang yang telah meninggal menuju alam roh.
Rambu Solo (Sumber foto : visittoraja) |
Bagi suku Toraja, orang yang sudah meninggal dikatakan telah benar-benar meninggal ketika seluruh kebutuhan prosesi upacara Rambu Solo telah terpenuhi. Jika belum, maka akan tetap diletakkan di rumah dan diperlakukan layaknya seperti masih hidup.
Kebetulan saya datang di rumah
tokoh masyarakat yang cukup berada karena bisa melaksanakan Upacara Rambu Solo
dalam satu tahun setelah sang ibu meninggal. Beberapa masyarakat yang kurang
mampu, bisa melaksanakan rambu solo beberapa puluh tahun kemudian. Upacara
Rambu Solo biasanya menelan biaya yang cukup mahal hingga 700 juta ke atas.
Upacara Rambu Solo dilaksanakan
sekitar 7 hari. Dalam rangkaiannya Rambu Solo ada beberapa ritual yang
dilaksanakan seperti yang pernah viral di Tiktok akhir-akhir ini yaitu Ma’
Palao merupakan prosesi mengarak-arakan jenazah untuk dikelilingi ke kampung, dengan
tarian sekaligus menghibur keluarga yang ditinggalkan. Setelah diarak jenazah
disemayamkan dan ditempatkan ke bagian khusus yang disebut Lakkean
Sebenarnya masih ada beberapa urutan upacara adat Rambu Solo, namun hanya beberapa yang saya ingat dari wawancara Ne’ Lembang. Upacara terakhir dalam Rambu Solo yaitu Ma’ kaburu atau pemakaman jenazah. Jenazah disimpan di gua, tebing, gunung atau juga dibuatkan sebuah Patane atau rumah.
Rambu Tuka
Rambu Tuka merupakan upacara adat
untuk ucapan syukur. Biasanya Rambu Tuka dilaksanakan untuk upacara pernikahan,
pesta panen dan upacara renovasi rumah adat (Tongkonan).
Dalam Upacara Pernikahan di
Toraja terdiri dari beberapa kasta. Pun dalam ritual pernikahannya terbagi 3
perbedaan yaitu : Bo’bo’ Bannang (kasta terendah), Rampo Karoen (kasta
menengah) dan Rampo Allo (kasta tertinggi).
Ma’ Nene
Upacara adat di Toraja, biasanya
dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus. Pun upacara Ma’ Nene dilaksanakan
setiap 3 tahun sekali pada bulan Agustus. Tepatnya setelah musim panen untuk
mengganti pakaian leluhur mereka. Tujuan dari dilaksanakan Ma’ Nene adalah
mengingat kerabat yang sudah meninggal. Dalam upacara ini juga bertujuan untuk
mengundang sanak saudara yang merantau untuk dapat bertemu orang tua ataupun leluhur
mereka. Selain itu upacara bertujuan untuk agar diberi berkah pada masa panen
berikutnya.
Saat ini Ma’ Nene sudah jarang
dilakukan dibeberapa wilayah Kecamatan di Toraja Utara. Biaya Ma’ Nene memang memerlukan
biaya yang besar, biasanya hanya dilakukan oleh keluarga bangsawan. Biaya yang
dikeluarkan berasal dari hasil panen sebelumnya. Ma’ Nene juga diakhiri sebagai
pesta rakyat dikarenakan menjadi wisata adat di Toraja Utara, para kerabat dan
tamu yang hadir akan dijamu dengan pesta makan bersama.
...
Wisata dan Geopark di Toraja Utara
Masyarakat Sadar Wisata (MASATA)
sedang giat-giatnya mengembangkan pariwisata dalam menyambut era baru berkonsep
desa wisata dan Geopark yang tujuannya untuk pertumbuhan pemulihan ekonomi
nasional. Tak dipungkiri Covid-19 menurunkan angka kunjungan wisata ke Toraja Utara.
Ada 12 desa wisata yang
dicanangkan Toraja Utara dengan harapan perekonomian masyarakat meningkat,
berikut desa wisata Toraja Utara
1. Desa Wisata Kete Kusu
Sewaktu saya traveling tahun 2015 yang lalu, saya hanya mengunjungi Kete Kusu karena keterbatasan waktu.
Masuk dikawasan Kete Kusu kami langsung melihat Tongkonan. Tongkonan merupakan rumah adat khas Toraja. Dulunya rumah ini ditinggali, namun saat ini Tongkonan di Kete Kusu hanya digunakan untuk wisata.
Masuk ke Rumah Tongkonan kita melewati tangga kecil, kita harus menunduk ketika memasukinya, tujuannya untuk menghormati ketika masuk ke rumah orang. Saya beruntung bisa masuk ke rumah Tongkonan. Didalam rumah tongkonan yang luasnya tak lebar ini terdiri dari 3 sekat yaitu, kamar orang tua yang terletak dibelakang, kamar anak sebagai nahkoda didepan dan ruang tengah yang biasanya digunakan untuk dapur dan beraktifitas.
Didepan rumah tongkonan terdapat tanduk kerbau yang dipasang. Jumlah tanduk kerbau ini menunjukkan kelas sosial penghuninya, semakin banyak tanduk kerbau maka kelas sosialnya makin tinggi.
Tanduk Kerbau (sumber foto : pribadi) |
Masih di Kete
kusu yang merupakan desa wisata, dibelakang rumah tongkonan sekitar 100 meter
terdapat TauTau. Tau-tau merupakan replika patung orang yang sudah meninggal,
peletakannya didekat jenazah disemayamkan. Supaya dibuatkan TauTau ada ritual
khusus yaitu potong 24 ekor kerbau terlebih dahulu
Pembuat dari tau-tau adalah orang-orang khusus yang memiliki kekuatan magis. Pembuatannya sendiri membutuhkan waktu beberapa bulan dan tentu saja biayanya hingga puluhan juta rupiah. Disini saya bisa melihat bahwa tatapan mata, guratan kulit maupun bentuk badan, tampak seperti asli sesuai foto.
tautau (sumber foto: pribadi |
Selanjutnya kami
berjalan menuju gua makam. Tengkorak maupun peti mati terlihat dihampir semua
tempat. Ada yang diletakkan dibawah dan ada pula yang digantung didinding gua.
Isi dari peti mati merupakan beberapa tengkorak dan tulang-tulang yang
jumlahnya sangat banyak. Terdapat pulau tautau yang diletakkan di ruangan
bergembok, agar tidak dicuri.
Desa Wisata Ketekusu |
Goa dilokasi Wisata Desa Ketekusu |
Menjelajah
dikawasan ini, kita harus menjaga ucapan dan tidak mengambil barang-barang,
karena ketekusu merupakan kawasan yang dikeramatkan oleh penduduk setempat.
2. Desa Adat Pallawa
Desa Adat Pallawa memiliki Tongkonan yang tertua di Toraja Utara. Lokasinya berada di Kecamatan Sesean. Jaraknya 12 km dari Rantepao. Jika sudah sampai di Desa Pallawa maka kita bisa melihat Tongkonan yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan Kete Kusu. Ada 11 rumah Tongkonan dan 17 lumbung padi yang ada di sana.
3. Desa Wisata Nonongan
Desa Wisata Nonongan terletak Di Desa Nonongan, Kecamatan Sopai. Lokasinya hanya 3 km dari Rantepao. Desa Wisata Nonongan terkenal akan budaya kegotong royongannya masyarakatnya. Tempat yang bisa dikunjungi di Sopai adalah sumur dewata yang dipercaya masyarakatnya sebagai warisan leluhur yang harus dihormati dan dijaga kesakralannya.
4. Desa Wisata Sa’Dan
Lokasi Desa Sa’Dan cukup jauh dari pusat Kota Rantepao, yaitu 25 km. Desa Wisata ini terkenal akan pusat Kerajinan tenunnya. Kerajinan Tenun merupakan salah satu dari budaya Toraja yang memiliki makna dan peran penting bagi kegiatan adat istiadat Toraja Utara. Kain tenun dipakai saat upacara adat baik itu simbol kebesaran dan penghargaan dari masyarakat Totaja.
kain tenun yang saya lihat cantik-cantik |
Terdapat tiga
dusun penghasil tenun yaitu di Galugu Dua, Andulan dan To’ Barana. Apabila berkunjung
ke dua dusun tersebut, kita bisa melihat langsung proses pembuatan tenunnya.
Selain itu terdapat rumah adat Tongkonan, biasanya para wanita juga menenun
disekitar kampung adat. Potensi tenun yang ada di Sa’Dan inilah yang menjadi
daya Tarik utama wisata desa ini.
Desa Wisata lainnya akan saya ulas jika saya berkesempatan lagi untuk jalan-jalan ke Toraja Utara. Postingannya akan saya jadikan oleh-oleh diblog ini ya.
Selain Desa Wisata, konsep wisata
Geopark di Toraja Utara tak kalah menariknya. Apa sih Wisata Geopark itu?
Konsep Wisata Geopark memiliki keunikan alam, dan budaya. Pun wisatanya sebagai
situs edukasi sehingga disebut juga sebagai geopark yang merupakan salah satu
warisan geologi (Geoheritage) dunia dan sudah diakui oleh UNESCO. Wisata Geopark
dikemas untuk tetap melestarikan dan menjada arkeologi, ekologi, sejarah dan
budaya.
Sumber foto : visittoraja |
Wisata Geopark yang ada di Toraja
Utara diantaranya : Bori Kalimbuang, Londa,
Lolai Tongkonan Lempe, Museum Ne’ Gandeng, To’ Tombi, Kolam Alam Limbong dan
tentunya masih banyak lagi.
...
Makanan Khas Toraja Utara
Masyarakat Toraja Utara yang
mayoritas penduduknya non muslim, jadi rata-rata makanan yang ada di lokal
restorannya adalah Non Halal. Banyak teman-teman yang datang ke Toraja Utara
memilih untuk tidak berkuliner. Namun, ada, kok, restoran di Toraja Utara yang
menyediakan makanan khas tapi melabeli restoran halal.
Nah penasaran apa saja makanan
atau kuliner khas Toraja Utara, yaitu :
1. Palopo
Palopo terbuat dari bahan tepung
sagu lalu disiram dengan air panas. Bentuk sagunya bulat-bulat lalu dicampur
dengan kuah ikan, daging ataupun sayur. Ah saya langsung bisa membayangkan
kalau kuliner ini kenyal lalu disruput dengan kuahnya pasti terasa gurih.
Kapurung
Hampir mirip dengan Palopo, Kapurung diolah dari sagu, ikan dan sayuran. Perbedaan dengan Palopo adalah sayurannya lebih beragam ada labu merah, jantung pisang, kangkung, bayam, dan kacang tanah. Ikan yang digunakan adalah bandeng dan teri goreng.
Referesi : Warung Rakyat (halal) dan Malada Resto (halal).
3. Pa'
Piong
Ciri khas dari makanan Toraja
adalah Pa’Piong. Pa’piong ini bahan utamanya adalah ayam bumbu kuning atau ikan
yang dibakar didalam bambu. Biasanya di Toraja, Pa’piong juga dihidangkan
menggunakan daging babi. Ikan, ayam, atau daging dipotong-potong lalu dicampur
dengan bumbu dan sayur lalu dimasukkan ke dalam bambu. Setelah itu dibakar.
Ketika di Toraja Utara saya
pernah mencicipi Pa’Piong, Jika saya kembali lagi ke Toraja Utara, pengen
banget makan lagi Pa’Piong. Rasa Pa’piong miri dengan nasi bakar dengan aroma
yang berbeda khas Toraja.
Papiong yang pernah saya coba di Toraja Utara |
Referensi : Warung Pong Buri’ (Non Halal), Café Aras (Ada menu babi), Rimiko Restaurant dan Malada Resto (halal)
Pamrasan
Banyak yang menyebut Pamrasan mirip dengan rawon karena bahan utama bumbunya adalah Kluwak. Namun isi Pamrasan bukanlah daging, melainkan Ikan Nila
4
….
Hanya sekali datang ke Toraja Utara belum menghapus rasa penasaran saya tentang wisata, adat dan kuliner di sana.
Tujuh Misi yang akan saya lakukan ketika kembali ke Toraja Utara adalah menuliskan dan menceritakan Toraja Utara dalam hal:
- Kemudahan Transportasi ke Toraja Utara yang kini dapat ditempuh menggunakan pesawat langsung di Bandara Toraja.
- Tak banyak yang menulis makanan khas kuliner Toraja Utara beserta referensi tempat kuliner halal di Toraja Utara. Saya ingin mengulas kuliner khas Toraja Utara.
- Memberikan panduan wisata New Normal ketika berada di Toraja Utara. Saat ini, Wisata New Normal benar-benar dijalankan di seluruh wisata dan kuliner di Toraja Utara.
- Menceritakan kembali adat istiadat yang sangat dipegang teguh oleh masyarakat Toraja Utara dengan liputan secara langsung.
- Mempromosikan desa wisata dan Geopark Toraja Utara, dalam bentuk foto, video dan cerita yang saya publikasikan di social media dan blog.
- Mencicipi Kopi Toraja yang terkenal dengan slogannya Indonesian Specialty Coffee.
- Mempromosikan UMKM Toraja Utara yang terkenal akan kain tenun, souvenir, dan kopi Toraja demi mendongkrak perekonomian masyarakatnya.
Dengan misi yang saya lakukan berharap Toraja Utara semakin meningkat pariwisatanya. Pun saya selalu ingin kembali ke Toraja Utara, saya selalu kangen keunikan budaya, masyarakatnya yang ramah dan selalu menjaga toleransi beragama.
Tugas untuk mempromosikan Toraja Utara tidak harus berasal dari warga lokal saja, kita sebagai bangsa muda harus mendukung budaya dan pariwisata Toraja Utara dengan cara mempromosikan budaya dan wisatanya kepada khalayak. Seperti dengan menulis blog dan promosi di social media.
Toraja Highland Festival
Tema yang diusung yaitu “Sinergitas Antar Lini Untuk Membangkitkan Pariwisata dari Desa Sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi Bangsa”. Tujuan dari Event THF 2021 untuk menyambut era baru berwisata, seperti desa wisata dan geopark kepada generasi muda dan masyarakat luas.
Semua kegiatan ini akan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, demi mencegah penyebaran virus covid-19. Kegiatan ini bekerja sama dengan beberapa pihak yaitu @torajahighland.fest @visittorajautara, @masata.torut @geopark_toraja , aparat dan Pemkab Toraja Utara.
1 Comments
Sayang banget deh Mba, aku belum sempat ke Toraja. Sekarang harus sabar karena pandemi enggak bisa kemana-mana. Tapi sehat adalah nomor satu ya sekarang. Thanks for sharing. Mba sehat sehat ya...
ReplyDelete