Tulisan tentang pengalaman traveling ke Jepang ini saya yakin ditunggu-tungu kehadirannya oleh sebagian orang. Bukan saya GR, tapi setelah menghilang beberapa bulan yang lalu banyak yang penasaran saya kemana dan ngapain? Ada yang malah gosipin saya umroh wkwkwkk Bukan maksud merahasiakan tapi terkadang ketika traveling saya membutuhkan ketenangan.
Udah ah curhatnya..lanjut ke topik tentang Jepang.
Udah ah curhatnya..lanjut ke topik tentang Jepang.
Kenapa Memilih Traveling ke Jepang?
Tiba-tiba aja saya teringat kalau punya visa waiver Jepang yang awal tahun 2019 bakalan habis masa berlakunya. Waktu itu saya buat visa waiver Jepang untuk salah satu syarat membuat visa online Taiwan. Bisa aja sih saya mengurus lagi visa waiver Jepang yang biayanya gratis tapi kok sayang banget kalau nggak kepake visanya.
Bukan rahasia lagi kalau traveling ke Jepang itu mahal, bahkan lebih mahal harganya dari Negara tetangganya yaitu Korea, ini alasan saya selanjutnya belum traveling ke Jepang. Takut tabungan saya ludes, saya semangat ikut kuis selama tahun 2018 ini, lumayan saya dapat travel voucher yang mencover biaya tiket pesawat, JR pass dan tiket Universal Studio Osaka.
Untuk penginapan saya punya banyak point di airbnb, nggak mencover semua penginapan sih tapi lumayan menghemat setengahnya. Selain itu biaya hidup dan makan adalah biaya sendiri.
Untuk penginapan saya punya banyak point di airbnb, nggak mencover semua penginapan sih tapi lumayan menghemat setengahnya. Selain itu biaya hidup dan makan adalah biaya sendiri.
Rumah Jepang yang Lokasinya di Pedesaan. Mirip Banget Kayak Rumah Nobita |
Harga Tiket Pesawat ke Jepang
Dulu saya rajin banget memantau harga tiket pesawat di Air Asia, tapi semakin umur bertambah kok malah nggak kuat begadang semalaman demi rebutan tiket online. Saya beruntung akhir-akhir ini banyak pesawat yang non low cost sering buka promo harga miring yang berangkatnya juga nggak sampai 6 bulan lebih atau bahkan harus nunggu setahun. Contohnya yang sering banget promo yaitu Singapore Airlines, Malaysian Airlines, Cathay Pasific dan Royal Brunei.
Sebuah email datang dari Malaysian Airlines kalau ada promo tiket ke Jepang cuma 3.8juta PP. Menurut saya ini murah banget karena harga segitu sudah dapat makan, bagasi 30 kg dan fasilitas yang beda dengan low cost. Tanpa pikir panjang saya langsung booking. Setelah booking dan pembayaran selesai langsung ingat pesawat Malaysian Airlines yang kena rudal dan yang menghilang tanpa jejak.
Alhamdulilah kekhawatiran saya tidak mempengaruhi kualitas tidur saya ketika tidur di pesawat yang nyenyak banget hehehe…
Alhamdulilah kekhawatiran saya tidak mempengaruhi kualitas tidur saya ketika tidur di pesawat yang nyenyak banget hehehe…
Makanan di Malaysian Airlines |
Free Visa Jepang
Jepang menggratiskan biaya visa jika memiliki E-paspor. Kebetulan kalau tinggal di daerah Surabaya, konjen Jepang ada di Jalan Sulawesi. Proses free visa Jepang saya urus sendiri dan biayanya gratis. Cara membuat Visa Waiver Jepang sudah saya tulis lengkap, silahkan baca untuk panduannya.
Sewa Wifi Jepang
Sewa Wifi Jepang
Untuk koneksi internet luar negeri, selain paket roaming, sewa travel wifi dari Indonesia merupakan salah satu yang dapat menghemat cost karena bisa patungan atau tethering sampai 5 gadget. JavaMifi bisa jadi alternatif solusi buat sewa wifi di Jepang karena selain keuntungan di atas, baterainya juga awet sampai 15 jam. Untuk sewa bisa langsung ke www.javamifi.com
Pengambilan JavaMifi ini juga cukup mudah, bisa di airport ataupun di Indomaret yang tersebar di Indonesia. Selain itu, booking langsung di airport juga bisa karena counter JavaMifi buka 24 jam dan bisa dikirim di rumah.
Transportasi di Jepang
Katanya transportasi di Jepang sulit dan ribet. Ternyata nggak sesulit yang saya bayangin kok. Sebagai bekal selama di sana saya download aplikasi Navitime Japan Travel di Android. Navitime android ini sejenis sama hyperdia namun lebih ringkas karena ada di hp yang juga membantu kita menyusun itinerary. Lewat aplikasi ini saya nggak pernah nyasar sama sekali.
Transportasi di Jepang memang canggih banget, saking canggihnya inilah yang membuat transportasi mahal. Bayangin aja saya pernah naik bus yang perjalanannya hanya 30 menit biayanya jika dikurskan sekitar Rp. 350.000,- Begitu juga dengan kereta-kereta yang ada di Jepang yang banyak banget jenisnya itu mahal kalau nggak ambil paket-paket subway dan JR bisa bangkrut.
Bus di Jepang |
Kalau kalian akrabnya sama nama MRT, di Jepang kereta sejenis MRT bernama JR dan Subway. Sekilas keretanya memang sama namun JR dan Metro dioperasikan oleh perusahaan yang berbeda. Kedua kereta ini meskipun terconecting dalam satu stasiun namun gate nya berbeda, harus keluar dulu lalu ngetap kartu lagi. Sepertinya artikel transportasi harus saya tulis terpisah karena ceritanya panjang banget.
Stasiun JR di Jepang
|
Menginap Di mana?
Selama di Jepang saya menginap di tempat yang berbeda-beda, ada hostel, rumah tradisional Jepang dan apartement. Total saya empat kali ganti penginapan karena memang selama di Jepang saya harus berpindah ke empat kota yaitu Tokyo, Osaka, Kyoto dan Shirakawa-Go.
Di Shirakawago saya tinggal di rumah tradisional Jepang yang disebut gaisho. Awal nginep rasanya mau nangis karena saya bisa tinggal di rumah asli Jepang bersama orang Jepang pula. Ini impian saya sewaktu kecil menginap di rumah ala Jepang terus pakai kimono. Di Osaka saya menginap di hostel kapsul yang juga impian saya sejak dulu. Di Tokyo saya menginap di apartement dan hari terakhir di Tokyo saya menginap di hostel kapsul.
Rumah Gaisho Jepang |
Apartment di Tokyo yang saya tempati |
Hostel di Tokyo |
Perhatikan Cuaca Jepang Saat Traveling
Itinerary saya di Jepang ini bisa dibilang maruk banget karena saya memiliki JR Pass. Karena nggak mau rugi, itinerary saya susun dengan banyak pindah kota dan wisata yang berada di luar Tokyo. Contohnya ke Tateyama Kurobe Alpine, Ke Shirakawa-Go, Osaka dan Kyoto saya susun tanpa memikirkan cuaca, padahal kalau dicek di accuweather langsung terlihat cuaca Jepang sampai beberapa bulan ke depan.
Sewaktu saya traveling, hujan sering turun dan angin kencang. Banyak itinerary saya yang “keteteran” padahal saya sudah booking penginapan di tiap kota, jadi mau nggak mau saya harus tetap berjuang meskipun hujan ya tetap lanjut berwisata.
Waktu di Shirakawa-Go aja turun dari bus sudah hujan deras banget, saya nekat menerobos hujan sambil cari toko yang menjual payung. Untung langsung dapat payungnya kalau nungguin sampai reda bisa sampai pagi saya berada di halte bus.
Orang Jepang Kayak Gimana?
Duh ini agak susah jelasinnya wkwkwk.. Okay saya mulai dari penampilan. Penampilan orang Jepang tuh jauh banget sama orang Korea. Ini harus ya dibandingin sama Korea? Ya, saya pikir mereka kan tetanggaan, jadi gak apa-apalah dibandingin. Kalau orang Korea tinggi-tinggi, orang Jepang tingginya standart ala orang Indonesia. Penampilan mereka juga biasa kayak orang Indonesia, kalau di Korea sejauh mata memandang keren dan cakep semua. Orang Jepang menurut saya cuek sama penampilannya.
Suasana di Kyoto. Kalau yang pakai kimono rata-rata traveler |
Nah, kalau yang dandanan aneh-aneh tuh cuma ada di Harajuku dan Akibahara yang dandan ala komik Jepang. Selebihnya masyarakatnya dandannya normal kok. Bahkan saya belum menemukan geisha asli yang ada di Kyoto, padahal banyak yang bilang kalau Geisha gampang tuh ditemuin ketika di jalan-jalan di Kyoto.
Yang pasti jalan mereka tuh cepat banget dan selalu terburu-buru. Kalau sudah jam sibuknya di stasiun JR atau Metro seringnya saya ambil nafas dulu dipojokkan baru masuk ke gate station, kalau ngikutin langkah mereka malah sayanya bingung dan nyasar.
Shibuya |
Oia di Jepang itu orang-orangnya sering banget ngucapin Arigato Gozaimas kenceng-kenceng mulai dari selesai makan, di supermarket dan apapun yang melibatkan transaksi atau ketemu dengan orang ucapan terima kasih ala Jepang selalu diteriakkan lantang. Paling lucu sih pas pulang ke Indonesia masih terngiang ucapan “Haik…Haik…” ala orang Jepang yang artinya ya… hehehe…
Harus Beli JR Pass Nggak?
Saya memiliki JR Pass 7 hari yang harganya 2,8 juta. Mahal ya? Kalau nggak dapat travel voucher mungkin saya nggak bakalan beli JR pass karena sayang sama uangnya. Sebenarnya JR Pass nggak wajib dibeli kok. Masih ada transportasi murah naik bus whiller untuk pindah-pindah kota. JR pass dihitung murah jika kita sering naik shinkasen, dibandingkan beli langsung tanpa JR pass harga tiket shinkasen jauh lebih murah. JR pass udah include naik shinkasen jenis tertentu dan naik JR.
JR Pass |
Terus terang JR pass sangat membantu perjalanan saya dengan itinerary pindah-pindah kota. Bahkan selama tinggal di Osaka ke Kyoto saya tiap hari PP JR karena cuma 30 menit aja. Tiket JR Osaka ke Kyoto ini normalnya sekitar Rp. 150.000,- PP. Tiket Tokyo – Osaka aja sekali jalan naik Shinkasen itu Rp. 1.344.000,- coba kalikan kalau PP. Belum lagi dari Tokyo ke Takayama, Tokyo ke Alpine Route dan destinasi lainnya yang rata-rata sekali jalan di atas Rp. 500.000,-
Shinkasen |
Aman Nggak Jepang?
Menurut saya Jepang aman banget kok. Waktu di Tokyo saya tinggal di hostel yang berada di area Akihabara. Untuk menuju hostel, saya harus melalui para mucikari yang sedang menawarkan promosi ke para laki-laki yang lewat night club. Nah, saya lewat di depan mereka aman-aman aja..nggak disiutin atau dijahilin
Waktu saya check out dari hostel saya kehilangan jam tangan, bukan karena dicuri tapi saya teledor lupa meletakkannya di mana.. Sudah cari cari di tempat tidur dan kamar mandi juga nggak ada…bahkan sempat nanyain ke Customer Service mereka juga nggak tahu. Udah, saya pasrah pulang ke Indonesia tanpa jam tangan karena takut ketinggalan pesawat. Selang seminggu pulang saya email ke hostel tentang jam tangan saya, eh ternyata ketemu..mereka juga mengembalikan jam tangan lewat pos ke Indonesia. Terharu nggak sih?
Di manapun kita memang harus menjaga diri karena katanya di setiap Negara pasti ada orang jahat. Kayak Yakuza sama Gangster nggak terlihat kok ketika di Jepang.
Cari Makanan Halal Sulit Nggak?
Wah ternyata cari makanan halal di Jepang itu nggak sulit. Saya mendapatkan makanan halal dengan mudahnya, dari panduan beberapa website saya sampai di lokasi yang saya mau. Makanan halal yang saya coba mulai dari ramen, takoyaki, tempura sudah saya cobain semua. Ketika sampai di restoran halal Jepang, banyak banget traveler dari Indonesia dan Malaysia yang serasa saya berada di Indonesia.
Salah satu makanan hala yang saya coba di Tokyo |
Jadi intinya cari makanan halal di Jepang itu nggak sulit, cuma ya mahalnya pakai banget. Harga rata-rata makanan di sana termurah sekitar 1.000 yen kalo dikurskan sekitar Rp. 120.000,- untuk sekali makan hehehehe… Itu paling murah karena rata-rata makan di restaurant sekitar di atas 1.000 yen. Karena di Jepang saya niatnya kulineran maka tiap hari makan di restoran sekali, terus cari makanan kayak sevel atau makan stock pop mie.
Habis Berapa Juta ke Jepang?
Pasti ending akhir artikel selalu ada pertanyaan “habis berapa juta ke Jepang?” Tungguin aja masih banyak cerita saya tentang Jepang, ini artikel cuma pemanasan wkwkwk artikel selanjutnya akan dimulai di bulan Januari 2019. Artikel Jepang bakalan saya tulis lengkap sebagai panduan backpacker dengan itinerary dan biayanya. Pengalaman Traveling ke Jepang saya semoga menginspirasi yang nggak bikin takut ke Jepang.
0 Comments