Palembang sedang giat-giatnya menggalakkan pariwisatanya, kota yang menjadi tempat berlangsungnya ASEAN GAMES ini menyulap kotanya menjadi semakin modern. Sebut saja ada LRT satu-satunya di Indonesia, sungai musi yang bersih atau Jakabaring Sport City yang berskala internasional.
Saya beruntung bisa menginap semalam di Jakabaring Sport City di wisma atlet ala atlet internasional. Satu kamar isinya 4 orang dengan 4 bed, ada AC dan kamar mandi di dalam kamar. Di kamar tidak ada TV maupun internet yang tujuannya agar para atlet fokus bertanding.
Sensasi di Jakabaring Sport City yaitu naik kendaraan hybrid untuk berkeliling semua tempat olahraga yang luasnya 325 hektar . Ternyata di dalam Jakabaring Sport City tidak hanya ada arena olahraga saja, ada wisma atlet, tempat peribadatan, danau buatan, bahkan ada yang masih dalam proses pembangunan seperti hotel dan perumnas. Nantinya halte bus yang ada di dalam Jakabaring Sport City juga ada bus hybird yang akan segera beroperasi.
Transportasi ke Jakabaring Sport City cukup mudah karena ada LRT yang berada di gerbang pintu masuk. Saya lihat banyak wisatawan yang berkunjung ke Jakabaring Sport City baik sekedar foto-foto, nongkrong di danau atau olah raga seperti bowling. Kayaknya Jakabaring Sport City akan saya ulas dalam satu artikel karena akan panjang banget ceritanya.
Berkunjung ke Kampung Kapitan dan Al Munawar
Marga Tjoa merupakan keturunan dari seorang Kapitan yang dulunya merupakan warga tionghoa yang diberikan kepercayaan oleh Belanda untuk mengatur pemerintahan di Palembang. Dua bangunan yang tampak megah merupakan bukti bahwa Kapitan memiliki status ekonomi yang tinggi. Saya berkeliling bangunan mulai dari ruang keluarga, kamar, area belakang yang sambung dengan bangunan disebelahnya. Meskipun bangunannya ada beberapa yang rusak namun saya masih bisa menikmati kejayaannya di zaman dulu.
Penduduk dari kampung Al Munawar ini merupakan satu keturunan dari Abdurrahman Al Munawar. Ada beberapa bangunan yang berusia ratusan tahun, sayangnya kami terlalu sore untuk masuk kedalam beberapa bangunan tersebut. Rencana untuk berkuliner khas Arab pun gagal.
Masuk di Al qur an raksasa dikenakan biaya tiket masuk Rp. 10.000,- karena saya tidak memakai hijab maka saya dipinjamkan hijab juga, berlaku juga untuk laki-laki yang memakai celana pendek di atas lutut. Di dalam bangunan terdapat lafadzh al quran yang diukir kaligrafi pada sebuah kayu. Saat ini masih ada 15 juz, untuk 15 juz selanjutnya masih dalam proses pembuatan.
Bangga aja di Indonesia udah punya transportasi canggih ala luar negeri, tinggal nunggu di Surabaya ada kapan ya? hehehe..
Bersama teman-teman blogger, travel agent dan Dinas Pariwisata saya eksplore kota Palembang. Sebagai referensi untuk jalan-jalan saya merangkumnya dalam "10 Hal yang Saya Lakukan di Palembang"
Menginap dan Keliling Jakabaring Sport City
Saya beruntung bisa menginap semalam di Jakabaring Sport City di wisma atlet ala atlet internasional. Satu kamar isinya 4 orang dengan 4 bed, ada AC dan kamar mandi di dalam kamar. Di kamar tidak ada TV maupun internet yang tujuannya agar para atlet fokus bertanding.
di dalam wisma atlet |
Sensasi di Jakabaring Sport City yaitu naik kendaraan hybrid untuk berkeliling semua tempat olahraga yang luasnya 325 hektar . Ternyata di dalam Jakabaring Sport City tidak hanya ada arena olahraga saja, ada wisma atlet, tempat peribadatan, danau buatan, bahkan ada yang masih dalam proses pembangunan seperti hotel dan perumnas. Nantinya halte bus yang ada di dalam Jakabaring Sport City juga ada bus hybird yang akan segera beroperasi.
Transportasi ke Jakabaring Sport City cukup mudah karena ada LRT yang berada di gerbang pintu masuk. Saya lihat banyak wisatawan yang berkunjung ke Jakabaring Sport City baik sekedar foto-foto, nongkrong di danau atau olah raga seperti bowling. Kayaknya Jakabaring Sport City akan saya ulas dalam satu artikel karena akan panjang banget ceritanya.
Berkunjung ke Kampung Kapitan dan Al Munawar
Untuk menuju Kampung Kapitan dan Al Munawar kami menggunakan kapal masyarakat yang disebut kapal ketek dari dermaga di Benteng Kuto Besak. Sekitar 10 menit menyeberang kami sampai di Kampung Kapitan. Setelah menyusuri pemukiman warga, kami masuk ke sebuah bangunan yang masih ditempati oleh keturunan marga Tjoa.
Dermaga di Kampung Kapitan |
kehidupan di rumah kapitan |
Rumah Kapitan |
Marga Tjoa merupakan keturunan dari seorang Kapitan yang dulunya merupakan warga tionghoa yang diberikan kepercayaan oleh Belanda untuk mengatur pemerintahan di Palembang. Dua bangunan yang tampak megah merupakan bukti bahwa Kapitan memiliki status ekonomi yang tinggi. Saya berkeliling bangunan mulai dari ruang keluarga, kamar, area belakang yang sambung dengan bangunan disebelahnya. Meskipun bangunannya ada beberapa yang rusak namun saya masih bisa menikmati kejayaannya di zaman dulu.
Setelah dari Kampung Kapitan saya menuju ke kawasan Al Munawar menggunakan kapal yang memakan waktu sekitar 10 menit. Suasana islami dan khas Arab terasa sangat kental, pengunjungpun baik pria wajib mengenakan celana panjang dan perempuan mengenakan baju tertutup.
Al Munawar |
kehidupan di kampung al munawar |
spot favorit untuk foto |
Penduduk dari kampung Al Munawar ini merupakan satu keturunan dari Abdurrahman Al Munawar. Ada beberapa bangunan yang berusia ratusan tahun, sayangnya kami terlalu sore untuk masuk kedalam beberapa bangunan tersebut. Rencana untuk berkuliner khas Arab pun gagal.
Menyeberang ke Pulau Kemaro
Pulau Kemaro berada di tengah sungai Musi. Untuk menuju Pulau Kemaro kami menggunakan kapal ferry dari dermaga Benteng Kuto Besak. Selama 20 menit menyusuri Sungai Musi dan melewati jembatan Ampera kami sampai di Pulau Kemaro.
Di dalam Pulau Kemaro terdapat sebuah pagoda berlantai 9, klenteng, pohon cinta dan makam Siti Fatimah, Tan Bun An serta prajuritnya. Nah kalo di Pulau Kemaro asyiknya minum es dogan (kelapa muda) seharga Rp. 12.000,- yang lokasinya di sebelah pagoda.
Pagoda Pulau Kemaro |
Wisata Religi di Al quran Raksasa
Kalau kalian rajin buka instagram tentang wisata Palembang, pasti kalian pernah lihat postingan tentang Al quran raksasa. Perjuangan ke sana lumayan menguras tenaga. Berangkat naik motor grab, ditengah jalan kehujanan, jalan rusak dan akhirnya 40 menitan dari pusat kota akhirnya sampai di wisata religi al quran raksasa.
Pintu masuk al quran raksasa |
Masuk di Al qur an raksasa dikenakan biaya tiket masuk Rp. 10.000,- karena saya tidak memakai hijab maka saya dipinjamkan hijab juga, berlaku juga untuk laki-laki yang memakai celana pendek di atas lutut. Di dalam bangunan terdapat lafadzh al quran yang diukir kaligrafi pada sebuah kayu. Saat ini masih ada 15 juz, untuk 15 juz selanjutnya masih dalam proses pembuatan.
Naik LRT di Palembang
Trip saya sebenarnya difasilitasi dengan naik bus menuju jakabaring sport city, namun karena saya penasaran naik LRT maka saya memilih transportasi LRT. Tiket bisa dibeli langsung, namun rencananya desember wajib non tunai. Biaya naik LRT ke Jakabaring hanya dikenakan Rp. 10.000,- saya turun tepat di stasiun Jakabaring yang lokasinya tepat di depan Jakabaring Sport City.
Bangga aja di Indonesia udah punya transportasi canggih ala luar negeri, tinggal nunggu di Surabaya ada kapan ya? hehehe..
Mendaki di Bukit Siguntang
Saya sudah membayangkan bukit sambil mendaki, tapi Palembang itu ternyata nggak ada dataran tinggi seperti di Malang sana, meskipun bukit ya naiknya nggak bikin lelah karena tingginya cuma 30 meter dari permukaan laut hehehee..
Bukit Siguntang masih dalam proses renovasi, beruntung saya masih bisa masuk. Di dalam bukit Siguntang banyak menyimpan sejarah, ada beberapa makam yang merupakan keturunan raja Sriwijaya dan merupakan tempat ibadah agama Budha. Semoga setelah di renovasi bukit Siguntang semakin bagus.
Bukit siguntang |
Makan dan Beli Oleh-oleh Pempek Palembang
Sering sih saya makan Pempek yang paling ngehits di Surabaya, tapi kalau makan pempek di Palembang asalnya belum pernah. Sewaktu di Palembang hampir tiga kali sehari saya makan pempek, rasanya beda-beda setiap adonannya dan memiliki ciri khas tersendiri.
Pempek Candy |
Nah karena buat oleh-oleh saya memilih pempek candy yang katanya terkenal dan enak, harga termurah yaitu Rp. 100.000,- dapat 25 biji. Sempat mampir juga ke pempek lenggok harganya juga sama dengan pempek candy dan menurut saya juga enak. Kata orang Palembang sih kalau ditanya pempek favorit susah nyebutnya karena selera masing-masih, ada Ny lenny, pak raden dan banyak lagi.
Naik Kapal Menyusuri Sungai Musi
Ada beberapa jenis kapal untuk menyusuri sungai musi seperti ferry, speed boat ataupun kapal ketek. Kapal ketek adalah kapal yang dioperasikan oleh masyarakat, bisa menampung sekitar 15 orang. Untuk harga kapal ketek dengan nego langsung ke pemilik kapal, kemarin kami naik kapal ketek bersama rombongan ke Al munawar dan kampung kapitan biaya PP yaitu Rp. 150.000,-
Kafe Kapal |
Naik kapal ketek |
Asik banget naik kapal ketek seperti wisata di Bangkok, meskipun airnya coklat tapi sungainya bersih tanpa sampah. Apalagi kalau melewati jembatan AMPERA semakin dramatis suasananya. Jadi kalo ke Palembang wajib banget naik kapal menyusuri sungai musi.
Mengenang Sejarah di Museum Sultan Mahmud Badaruddin II
Tentang Museum Sultan Mahmud Badaruddin II ini merupakan museum yang didirikan bekas bangunan kolonial Sumatera Selatan pad abad 19. Lokasi museum yang berada di lantai II masih menggunakan lantai kayu, dari atas bangunan saya bisa melihat jembatan Ampera yang tampak kokoh. Di dalamnya berisikan sejarah Sumatera Selatan seperti baju adat dan pelaminan.
Kulineran
Baru tahu kalau di Palembang ada makanan khas selain pempek yaitu pindang patin. Saya mencicipi pindang patin di Rumah Makan Sri Melayu. Pindang Patin disajikan dengan kuah kuning ada asam jawa, nanas dan tomat yang membuat kuahnya terasa segar. Untuk patin persajian dipotong-potong perbagian, waktu itu saya dapat perutnya.
Pindang Patin |
Di salah satu lorong di Palembang ada tempat kuliner bernama Lorong Basah yang menyajikan kuliner berkonsep stand-stand kecil. Beberapa panganan seperti pempek, nasi goreng, sate tersedia di tempat ini. Asiknya ada live music yang menghibur pengunjung.
...
Gimana sudah ada rencana di Palembang? Jangan lupa untuk menyusun itinerary untuk melakukan 10 hal yang saya lakukan di Palembang.
0 Comments