Cara dan Transportasi ke Kawah Ijen dari Surabaya - Sebuah ajakan dari teman saya di Whatsapp Group "ayo ke Ijen!!! siapa mau ikut?" membuat group menjadi hening. Dari puluhan orang di grup akhirnya yang mengiyakan hanya 3 orang, selanjutnya yang lain mundur syantik karena ada yang trauma nggak mau ke sana lagi, takut nggak kuat dan sebagainya.
Transportasi ke Kawah Ijen dari Surabaya
Transportasi paling murah ke Kawah Ijen jika perorangan dengan teman dari Surabaya yaitu menggunakan tour dan travel dengan biaya hanya Rp. 285.000,- Fasilitasnya yaitu menggunakan mobil ELF sebanyak 17 orang, dan makan 1 kali. Berangkat sore hari di hari sebelumnya dan kembali lagi ke Surabaya sekitar jam 22.00, paket ini termasuk wisata ke Baluran. Kalo mau ikut trip private biayanya Rp. 750.000,- tanpa campur dengan group lain.
Pilihan transportasi selanjutnya yaitu naik mobil pribadi ke Banyuwangi dengan total perjalanan antara 7-8 jam dari Surabaya. Biaya bahan bakar sekitar Rp. 500.000,- pulang pergi dan belum biaya tol. Kalau sekeluarga naik mobil pribadi tentu lebih murah dibandingkan ikut travel. Tapi perhatikan juga jika si driver ikut trekking sebaiknya menginap di Banyuwangi agar tidak kelelahan.
Perjalanan Surabaya ke Kawah Ijen
Kami berangkat dari titik point Sutos Surabaya sekitar jam 6 sore, sekitar 2 jam molor dari jadwal keberangkatan karena ELF belum datang. Nah, apesnya kalau kumpul di lobby Sutos itu nggak boleh duduk leyeh-leyeh di trotoar, atau lantai karena satpam mall galak banget bentak siapa saja yang nekat duduk. Lumayan sih dua jam berdiri sambil nungguin ELF.
Ada sekitar 100 orang dengan 6 ELF. Kami sudah booking tempat duduk dengan biaya Rp. 5.000,-/orang, kami menempati tempat duduk di baris 2 dengan seat 4 orang. Lumayan sempit karena kami berukuran big size apalagi ditambah body saya yang aduhai. Teman sebelah saya si mba Yuni sepertinya paling menderita karena tertindih bemper saya sebelah kanan, begitu pula saya yang separo duduk di kursi dan separo duduk di atas tempat charge hp.
Namun sepanjang perjalanan seneng banget, karena teman sendiri jadi sudah hafal karakter masing-masing dan sudah lama nggak ngumpul jadi ajang gosip emak-emak. Pukul 22.00 kami berhenti di Rest Area Utama Raya di Situbondo selama 45 menit. Lumayan banget berhenti di rest area ini untuk menghangatkan badan dan juga meluruskan tubuh setelah berhimpitan selama 4 jam.
Trekking di Kawah Ijen
Sekitar pukul 01.45 kami sampai tepat di parkiran kawah Ijen. Cuacanya sangat tidak mendukung yaitu gerimis cukup deras dan juga dingin menusuk. Persiapan saya sudah lengkap mulai dari longjohn, jaket tebal, sarung tangan dan sandal gunung, namun lupa nggak pakai kaos kaki dan tidak membawa jas hujan. Akhirnya kaos kaki saya pinjam teman, lalu karena jaket anti air tidak masalah meskipun sedang hujan. Untuk rain coat banyak dijual seharga Rp. 20.000,-
Foto saya ambik ketika selesai trekking |
Setelah briefing, saya sempat ke kamar mandi yang antri parah. Dari jam 02.00 saya antri sekitar 20 menit untuk ke toilet. Terpaksa saya antri karena takut pipis di trekking yang jaraknya 3.1 km nanti. Group yang berjumlah seratus orang tadi yang sudah terpecah belah hingga menyisakan beberapa gerombolan hanya kami saja. Tiket seharga Rp. 7.500,- sudah termasuk dalam paket perjalanan.
Sebelum berangkat ke Kawah Ijen ini saya sudah keluar masuk di berbagai blog dan juga youtube. Rata-rata mereka klenger naik ke ijen karena medannya yang menanjak tajam dan dinginnya minus. Saya juga baca di suatu blog yang biasa trekking pun 15 menit pertama sudah kelelahan. Langsung membayangkan saya yang jarang olahraga wkwkkwk.
Medan di Kawah Ijen ini jarang sekali medan yang datar, mulai penanjakan awal sudah menanjak. Semakin lama berjalan bukan semakin datar malah semakin tinggi dengan belokan tajam. Ada beberapa pos perberhentian di beberapa belokan agar para pendaki istirahat. Meskipun ada pos pemberhentian jangan dibayangin makan pop mie panas atau teh hangat karena pos pemberhentian cuma sebagai pertanda kita sudah melewati beberapa titik penanjakan.
Beberapa langkah berjalan saya sudah sempoyongan, nafas saya sudah tersengal-sengal seperti oksigen tidak bisa masuk hingga ke paru-paru. Saya lalu minta berhenti dulu mengatur nafas, sepertinya saya salah mengambil nafas dari mulut bukan hidung. Saya yang memakai smartwatch langsung mengukur detak jantung, waktu itu hampir 178.
Teman saya mbak yuni sampai membawakan tas saya, si aya menawarkan coklat manisnya, Mba Eda memberikan tausiahnya membakar semangat saya sambil membawa senter menerangi jalan wkwkwkwk... Nafas mulai stabil saya berjalan kembali sambil makan coklat. Jadi coklat ketika naik gunung itu bisa untuk membakar tenaga sehingga tidak lemas. Sangat terbukti sih bagi saya supaya tidak lemas dan mual.
Sejujurnya saya yang paling merepotkan dibandingkan teman saya yang lainnya, karena setiap 10-15 langkah istirahat untuk menstabilkan nafas, tapi untuk kaki sih saya tidak terlalu lelah hanya saja masalah pernafasan yang mudah berdegup kencang. Pun mba Eda yang memberikan saran jangan berhenti jalan berhenti jalan saya terapkan tidak bisa, karena untuk menurunkan irama jantung saya harus berhenti berjalan.
Beberapa teman saya yang semangat 45 di awal akhirnya tumbang satu persatu, ada yang muntah, ada yang tiba-tiba matanya gelap dan teman saya si Mba Eda "sambat" ketika pulang karena lututnya pernah cidera. Namun akhirnya pukul 05.30 kami sampai juga di Kawah Ijen dengan menggunakan kedua kaki ini. Bangga banget bisa naik melihat kawah Ijen yang banyak dilihat di google.
Pemandangan di Kawah Ijen
Pukul 05.30 di Kawah Ijen pengunjung sudah sangat banyak. Cuaca sudah minus sehingga kami menggunakan sarung tangan untuk mengatasi tangan yang membeku dan hampir sulit untuk bergerak. Cuaca yang gerimis sepanjang malam membuat suasana Kawah Ijen berkabut dan susah untuk melihat warna hijau kawah. Dikarenakan sudah pagi kami kelewatan melewati sunrise dan blue fire yang harus dilihat sebelum pukul 04.00.
Untuk melihat ke dasar Kawah Ijen dibutuhkan perjalanan lagi sekitar 800 meter, namun kami sudah tidak kuat lagi untuk melanjutkan perjalanan dari atas kawah hingga ke bawah. Kebanyakan pengunjung pun sudah puas melihat kawah dari atas saja sambil asik membidikkan kamera.
Di atas Kawah Ijen kami bertahan sekitar 45 menit karena tidak tahan dengan cuacanya yang ekstrim. Rambut, baju, kacamata dan kamera sudah basah terkena embun. Pengunjung lain pun berbondong-bondong untuk turun ke bawah. Entahlah saya merasa kami kurang beruntung untuk menikmati suasana kawah Ijen kali ini, susah untuk mengambil foto bagus ketika berkabut.
Taksi Alternatif Naik ke Kawah Ijen
Sepanjang perjalanan menuju ke Kawah Ijen ini dari mulai berangkat dari titik awal penanjakan hingga di puncak atas banyak yang menawarkan untuk menaiki taksi. Taksi ini bukanlah taksi mobil atau motor, melainkan taksi yang menggunakan kereta dorong yang ditarik manusia. Kereta ketika berangkat di penanjakan akan ditarik dua orang, satu di bagian depan dan satu orang di bagian belakang. Biaya kalau dari titik awal yaitu Rp. 800.000,- untuk pulang pergi, setelah melewati pos pertama biayanya turun jadi Rp. 700.000,- dan kalau pulang saja biayanya Rp. 200.000,-
Jangan dibayangkan kalau Taksi ala Kawah Ijen ini ditarik oleh bapak-bapak muda tapi rata-rata berumur 45 tahun ke atas. Bodynya pun kurus namun tenaganya ekstra. Mereka menggunakan sepatu boots plastik jadi tidak perlu khawatir tergelincir ketika menarik penumpang. Namun saya belum merasakan naik taksi karena kaki masih kuat dan teman-teman yang memiliki visi dan misi yang sama menaiki Kawah Ijen tanpa bantuan taksi.
Peralatan yang Wajib dibawa
- Jaket tebal yang bisa tahan air
- Long John (pakaian dalam khusus musim dingin)
- Kaos Kaki
- Topi gunung
- Kaos tangan
- Sepatu atau sandal khusus gunung
- Coklat dan minuman manis
- Smartwatch untuk mengukur detak jantung
- Oksigen portable (untuk yang memiliki nafas pendek)
- Air putih
- Senter
Kembali Ke Kawah Ijen Lagi Nggak?
Sepertinya cukup sekali saja ke Kawah IJen wkwkwkwk... bukan menyesal ke Kawah Ijen namun stamina saya lebih baik ke penanjakan berikutnya seperti Dieng atau Semeru untuk eksplore destinasi wisata lainnya. Pulang dari Kawah Ijen ini betis saya sakit sekitar tiga harian untuk berjalan, di hari keempat betis kembali tidak kaku lagi.
Jangan lupa cari teman yang pengertian ketika menanjak ke Kawah Ijen, karena disinilah karakter teman akan terlihat. Untungnya kami teman-teman yang cocok untuk penyemangat berjuang menaklukan Kawah Ijen. Dalam perjalanan ini andai teman saya tidak sabar pasti saya sudah ditinggalkan mendaki hahahaha...
2 Comments
Emng usia brpa ndaki ke ijen?
ReplyDelete33 kak. Tapi menurutku bukan karena umur sih tapi kelebihan berat badan wkwkwkwk
Delete