Ketika saya diberitahukan bahwa acara Pusparagam Anak Indonesia di Surabaya ini dibawakan oleh anak-anak, saya tidak sabar acara dimulai. Jadi mulai dari MC dan pengisi acara diisi oleh anak-anak berusia 9 -18 tahun yang baru saja dipertemukan dalam dua hari. Pun kami tak menyangka acaranya sangat sempurna, kami dibuat tertawa dengan guyonan MC dan drama, dibuat bersemangat dengan pidato cita-cita impian mereka, dibuat kagum dengan karya seni mereka dan bersemangat ikut flashmob.
Temu Anak Peduli “Pusparagam Anak Indonesia” ini berjumlah 165 anak dari usia 9 hingga 18 tahun dari 31 Kabupaten/kota perwakilan komunitas yang terpinggirkan. Progam Peduli dari Pilar Remaja dan Anak-Anak rentan dari anak-anak eksploitasi seksual komersial, anak-anak yang berhadapan dengan hukum dan anak-anak pekerja migran untuk menggapai impian dan cita-cita yang berkontribusi bagi pembangunan.
Dalam acara ini 165 anak-anak dibagi dalam berbagai kelompok yaitu kelas literasi, kelas kewirausahaan (belajar untuk kerja dan mandiri), kelas pemimpin (semua bisa jadi pemimpin), kelas toleransi (kita beda tapi kompak, kelas gotong royong, dan kelas kekerasan dan perundumgan (stop kekerasan dan bullying).
Setiap Kelas Literasi mengutarakan apa yang dicita-citakan sesuai dengan kelompok, misalnya kelas kekerasan menampilkan drama yang sangat apik. Drama tersebut menceritakan seorang anak yang sering di bullying oleh teman-teman sekolahnya karena perbedaan warna kulit dengan lainnya. Drama yang dibawakan oleh anak-anak berhasil membuat seluruh isi hall tertawa karena kelucuan mereka.
Kelas literasi dibawakan dengan menceritakan impian mereka untuk membuat pabrik mobil karya Indonesia seperti Lamborghini yang dari ide, karyawan dan pabriknya di Indonesia. Impian anak-anak ini bahkan mendapatkan applause dari Konsulat jenderal Australia untuk memiliki mobil Indonesia agar Indonesia semakin maju. Ada juga yang bercita-cita untuk membuat baju pengantin untuk masyarakat Indonesia yang akan menikah nanti.
Anak-anak dengan lantang dan percaya dirinya mengutarakan apa yang dicita-citakan, belajar untuk mengungkapkan impian mereka dan belajar untuk mewujudkannya. Saya lihat tidak ada rasa grogi atau tidak pede tampil di depan umum yang dilihat dari ratusan undangan yang hadir. Kami tidak menyangka mereka dari komunitas yang terpinggirkan.
Mereka dari komunitas yang terpinggirkan biasanya terdampak misalnya dipaksa untuk pernikahan dini ataupun tidak bersekolah karena tidak mampu. Dalam acara ini kami bisa mendengar aspirasi mereka untuk didengar dan diperhatikan oleh berbagai pihak. Membuat mereka bersemangat untuk meraih mimpi tanpa terkendala oleh pengasuhan yang tidak memadai, kondisu miskin dan lingkungan terpencil.
Acara ini ditutup dengan puncak perayaan hari Anak Nasional pada 23 Juli 2018 di Kebun Raya Puwodadi yang di hadiri oleh Presiden Jokowi dengan menampilkan 126 karya Seni.
Progam Peduli bertujuan meningkatkan inklusi bagi enam kelompok yang paling terpinggirkan di Indonesia yang kurang mendapatkan akses terhadap layalanan pemerintah dan progam perlindingan sosial. Enam kelompok tersebut adalah remaja dan anak-anak rentan, masyarakat adat dan lokal terpencil yang tergantung pada sumber daya alam, korban diskriminasi, intoleransi dan kekerasan berbasis agama, orang dengan disabilitas, korban pelanggaram hak asasi manusia dan restorasi sosial serta transpuan.
www.progampeduli.org
0 Comments