Entah ini artikel wisata kuliner Singapore yang ke berapa? Pastinya saya punya banyak catatan artikel wisata kuliner Singapore karena setiap ke Singapore lebih sibuk cari makanan dibandingkan dengan wisatanya. Wisata Singapore saya sudah “khatam” kunjungi semua, kalo kulinernya ada aja yang belum saya kunjungi. Jadi kalo ke Singapore saya lebih antusias makan dibandingkan belanja oleh-oleh atau wisata.
Wisata kuliner di Singapore kali ini saya memiliki catatan wisata kuliner 5 lokasi. Kalo soal harga tetap saya mencari yang ramah dikantong karena belum kepikiran nongkrong di kafe sampai ratusan ribu.
Encik Tan
Informasi kuliner Encik Tan ini saya peroleh karena tidak sengaja, ketika saya sibuk “ubek-ubek” website MUIS (Majlis Ugama Islam Singapura) untuk mencari referensi makanan halal saya menemukan Encik Tan diantara puluhan list makanan halal. Encik Tan terasa asing di telinga saya dan belum ada blog yang pernah mengulasnya. Jiwa blogger saya langsung keluar, belum ada yang mengulas wajib nulis nih :)
Setelah keluar dari Bugis MRT exit C, saya celingukan mencari lokasi Encik Tan. Sempat pula saya tanya cleaning service di Bugis Junction, dia hanya menggeleng tidak tahu lokasinya. Saya baca lagi alamatnya dengan jelas ternyata di Bugis+ yaitu mall diseberangnya Bugis Junction.
Mudahnya sih Encik Tan yang di Bugis ini setelah dari Bugis MRT exit C langsung menyeberang ke Bugis Street, lalu setelah di depan Bugis Street belok ke kiri. Encik Tan ada di dekat UNIQLO dan lokasinya di outdoor depan mall. Asik banget untuk nongkrong karena bisa melihat lalu lintas di sekitaran Bugis.
Harganya murah, seperti nasi lemak, mee siam, mee rebus dan lontong (seperti lontong cap gomeh) cuma 3,5 dolar saja. Hari pertama di Singapore saat uang masih banyak saya memesan Chicken Cutlet Set (4.3 dolar) dan ice tea tarik (1.40 dolar). Kalo pesan nggak usah pake senyum atau kata yang ramah, karena di Encik Tan yang melayani para bibi dan paman yang senyumnya mahal, daripada sakit hati mending nggak senyum sekalian :)
Chicken Cutlet Set dengan Ice Tea Tarik membuat saya bersemangat menjelajah Singapore di hari pertama. Entah karena sangat lapar atau memang lezat, rasa makanan di Encik Tan ini enaaaak banget. Seporsi yang terdiri ayam fillet tepung yang dipotong-potong, kubis rebus, telor ceplok dan kuah kari ini rasanya cocok dengan lidah Indonesia saya. Apalagi porsinya yang banyak, sangat cukup membuat perut saya bahagia.
Hari terakhir di Singapore, sekitar jam 21.15 malam saya makan di Encik Tan lagi. Kala itu setelah adegan lari-larian di Bugis MRT karena saya harus mengejar jam bukanya counter Singapore Tourist Pass (STP) untuk refund kartu. Setelah dapat $10 saya kelaparan berat dan pengen Encik Tan lagi.
Saya memesan yang Fried Fish Set (5 dolar) dan tentu dengan Ice Tea Tarik. Seporsi seharusnya ada telor ceplok, tapi karena habis lalu diganti dengan udang tepung. Isinya hampir sama dengan yang saya pesan yang chicken cuma ini versi ikan. Rasanya juga sama enaknya. Sepertinya semua makanan di Encik Tan ini nggak ada yang nggak enak, apalagi nasinya tuh nggak kayak nasi Singapore yang pera atau kering.
Encik Tan nggak hanya di Bugis saja, karena restoran ini fast food yang banyak tersebar di setiap mall, bahkan di Terminal 3 juga ada. Kalo di Bugis daripada beli nasi padang yang harganya mahal, lebih baik pilih Encik Tan.
Puncak Best Noodles Halal Muslim Food
Sebelum jalan-jalan ke kawasan Orchard, saya mampir ke Puncak Best Noodles Halal Muslim Food. Lokasi restaurant ini berada di Far East Plaza di Lantai 5. Kalo dari Orchard Station MRT exit A langsung belok ke kanan dan jalan sekitar 300 meter. Nanti di depan Far East Plaza ada lift jadi langsung naik ke lantai 5. Puncak ini lokasinya berada dalam satu lantai dengan ayam penyet Ria.
Di kalangan backpacker yang mencari restoran halal, Puncak tak akan asing. Kebetulan saya malah baru pertama kalinya, referensinya sih katanya enak. Menunya banyak, ada melayu dan chinese food dengan harga sekitar 4,5 s.d 7 dolar. Saya memesan chicken claypot rice (6.5 dolar) dan teman saya memesan Roast Chicken Rice (4,5 dolar).
Setelah memesan, kami langsung ditagih untuk membayar. Memang ada tulisan “Please Pay The Food is Served” tapi kok kami baper karena cuma kami yang langsung ditagih untuk bayar, sedangkan yang lainnya nggak. Takut kami kabur kali ya…
Chicken Claypot Rice disajikan dalam piring panas, ukurannya standart tidak terlalu banyak tapi cukup. Isinya ada nasi dan irisan ayam yang di rebus lalu dipotong memanjang. Rasanya seperti makan nasi bakar lalu ditaburi dengan ayam dan bawang goreng. Kalo rasa sih biasa tidak terlalu istimewa. Poin pentingnya lebih ke mengenyangkan. Sedangkan yang roast chicken rice dilihat dari wajah teman saya sepertinya juga rasanya standart.
Puncak Best Noodles Halal Muslim Food ini memiliki penggemar tersendiri, restorannya selalu ramai dengan warga muslim. Ya, kalo penasaran bisa dicoba karena harganya masih ramah untuk ukuran harga makanan di Orchard.
Ponggol Nasi Lemak
Kuliner nasi lemak memang wajib di Singapore, pilihannya pun banyak. Dari deretan nasi lemak yang belum saya coba di Singapore yaitu Ponggol Nasi Lemak. Ada 3 cabang Ponggol Nasi Lemak, tapi saya memilih yang di Jalan Besar karena tempatnya bagus dan bersih.
Waktu itu saya start dari kawasan Chinatown lalu naik bus no 145 dan turun di halte Eminent Plaza. Ponggol Nasi Lemak hanya bisa dijangkau dengan bus karena tidak ada MRT terdekat. Mungkin yang pertama kali ke Singapore akan takut naik bus. Naik bus di Singapore membutuhkan ketelitian karena tidak ada LED sign di dalam bus. Saya harus mencocokkan nama halte bus satu persatu yang sudah dilewati bus hingga halte tujuan.
Setelah dari halte Eminent Plaza, sekitar 250 meter berjalan kaki saya sudah bisa melihat gerai warna hitam dan putih yang tampak mencolok. Dari beberapa pilihan menu saya memilih yang set 2 yang terdiri satu chicken wing, kacang ikan teri, telor dan sambal seharga 4.70 dolar. Masih belum puas dengan porsi tersebut saya nambah Fried Fish seharga 1.3 dolar.
Nasi lemak yang panas harumnya hingga masuk ke hidung saya. Nasinya lembut dibandingkan dengan andalan saya Qiji di Bugis. Ayamnya wangi, kriuk dan bumbunya hingga masuk ked aging terdalam. Teri kacang rasanya tidak jauh berbeda dengan yang ada di Indonesia. Sambalnya juga masuk dengan lidah Indonesia. Nggak salah kalau Ponggol Nasi Lemak ini memang terkenal di Singapore dan menjadi favorit saya.
MakanSutra Gluttons Bay
Makansutra Gluttons Bay ini hawker favorit saya di Singapore. Kalo lagi main di kawasan Merlion di malam hari, saya selalu mampir untuk sekedar nongkrong. Makanan di MakanSutra Gluttons Bay kebanyakan tidak murah malah cenderung mahal, tapi suasananya yang asik karena bisa melihat lampu di sekitaran kawasan Marina Bay dari kejauhan.
Pilihan stall di MakanSutra ini banyak, sesuaikan saja budget karena harga termurah masih ada kok di kisaran 4,5 dolar. Waktu itu karena saya tidak begitu lapar, saya hanya memesan carrot cake seharga 4,5 dolar di Huat Huat BBQ.
Ini pertama kalinya saya mencicipi Carrot Cake yang merupakan camilan khas Singapore. Susah sih mendiskripsikan rasa dari carrot cake, awalnya saya pikir telor tapi kok ada kenyal-kenyal seperti tepung. Lalu saya browsing berikut bahan dari carrot cake tepung beras dan lobak putih yang dikukus, dipotong dadu, dan digoreng dengan bawang putih, telur, dan 'chai poh', yaitu lobak yang diasinkan. Pantes susah banget saya nebak rasanya, bahannya asing buat masakan ala Indonesia.
Nah di MakanSutra ini ada kedai minuman yang selalu ramai dengan pilihan juice dan minuman yang segar. Kalo lagi bokek tapi pengen ngeksis di MakanSutra, saya sukanya pesan minum di kedai yang lokasinya di bagian ujung depan MakanSutra. Saya lupa nama kedainya, tapi kedai ini satu-satunya yang jual minuman jadi mudah banget menemukannya. Saya suka pesan Lemon Barrel seharga 1.8 dollar, seger banget ditenggorokan dan langsung semangat jalan kaki.
Oia, kalo bingung sama lokasi MakanSutra Glutton’s Bay ini mudahnya dari Merlion Park jalan menuju ke Esplanade. Nanti setelah bertemu belokan ke arah kanan maka belok saja ke kanan dan jalan saya lurus sampai bertemu dengan MakanSutra yang buka hingga jam 02.00 dini hari.
Koi Buble Tea
Biasanya untuk menghabiskan uang receh Singapore yang 1 dolar atau sen, saya membeli Koi Buble Tea di kawasan Bugis+. Lokasinya di sebelah Encik Tan Bugis. Koi Buble Tea nggak pernah sepi pembeli, baik masyarakat Singapore dan warga lokal sama-sama doyan minuman ini.
Andalan saya pesan yang golden milk tea atau golden pearl ovaltine di harga 3.5 dolar dengan ukuran medium. Untuk memesan minuman langsung saja menuju kasir, pesan minuman lalu menunggu panggilan sesuai urutan di bill. Koi Buble Tea ini memang bestnya buble tea, bahkan sama buble tea Taiwan yang terkenal 50’ tetap lebih enak Koi.
Jadi buat yang lagi banyak receh yang nggak bisa ditukar di Indonesia, dibelikan KOI aja lebih enak. Ya, meskipun akhirnya Koi Buble Tea udah buka di Surabaya Februari 2018 yang lalu, KOI Buble Tea minumnya di Singapore lebih sesuatu.
…
Wah cerita kuliner Singapore ini berakhir dengan ulasan yang super panjang artikelnya, mudah-mudahan nggak bosan membacanya. Kalo ada referensi kuliner Singapore bisa banget nulis di komentar, nanti akan saya kunjungi di Singapore. Selamat Wisata Kuliner di Singapore!!!
0 Comments