Perjalanan menuju Dubai ini bisa saya bilang sangat melelahkan karena saya bukan menaiki pesawat mewah sekelas etihad atau emirates tapi saya naik Royal Brunei. Dari Surabaya saya harus transit selama 11 jam di Brunei, lalu sampai di Dubai sekitar jam 01.30 dini hari. Kemudian saya bertahan di bandara Dubai setelah imigrasi sampai pukul 05.30 pagi karena harus menunggu Metro beroperasi.
Untungnya pesawat Royal brunei ini nyaman sekali sekelas Garuda Indonesia. Saya dapat makan 4 kali dari penerbangan Surabaya-Brunei dan Brunei-Dubai dengan makanan yang cocok dengan rasa makanan Indonesia. Pun tempat duduknya nyaman seperti Garuda yang lengkap dengan selimut, bantal, LCD+film dan colokan untuk charge hp.
Pearl Creek Hotel
Sebelum menuju Hotel, di bandara saya membekali diri membeli sim card Etisalat seharga AED 100 (Rp. 370.000,-) informasi tentang sim card akan saya ulas di artikel berikutnya. Selanjutnya saya membeli nol card silver sebelum naik metro seharga AED 25. Nol card ini wajib dibeli kalo kita banyak menggunakan metro dan bus. Tentang nol card sudah saya ulas di artikel berikut Transportasi Dubai.
Selanjutnya saya naik metro menuju baniyas square exit 1, dan jalan sekitar 400 meter menuju Pearl Creek Hotel. Hotel yang saya pilih sekelas bintang 3, kebetulan saya punya point hotel jadi ada potongan 50%. Lokasinya di area Deira yang merupakan kota lama Dubai, sedangkan di depan hotel merupakan sungai yang dilengkapi dengan abra salah satu transportasi air di Dubai.
Pemandangan kawasan Deira dari atas hotel |
kamar yang saya tempati |
melamun sambil lihat lalu lalang abra di depan hotel |
Lobby hotel terlihat kecil, namun kamarnya cukup bagus, bersih dan berkarpet. Ada juga kolam renang dan kafe. Ada penitipan koper dan kita juga akan dibantu membawakan koper sampai ke kamar. So far sih saya puas menginap di Pearl Creek Hotel meskipun saya memilih kamar tanpa sarapan. Oia, di Dubai itu wajib bayar secara tunai di receptionis pajak tamu hotel sebesar AED 30 atau Rp. 111.000,-
Naik Abra ke Al Bastakiya
Saya belum bisa check inn karena sampai di hotel pukul 06.30, check inn baru bisa pada pukul 14.00. Lalu saya langsung jalan-jalan ke Al Bastakiya yang merupakan kawasan sejarah Dubai yang sudah ada sejak tahun 1890. Dari hotel untuk menuju Al Bastakiya saya harus naik abra terlebih dahulu, kebetulan lokasinya yang didepan hotel saya cukup berjalan kaki.
Saya belum bisa check inn karena sampai di hotel pukul 06.30, check inn baru bisa pada pukul 14.00. Lalu saya langsung jalan-jalan ke Al Bastakiya yang merupakan kawasan sejarah Dubai yang sudah ada sejak tahun 1890. Dari hotel untuk menuju Al Bastakiya saya harus naik abra terlebih dahulu, kebetulan lokasinya yang didepan hotel saya cukup berjalan kaki.
Saya naik abra dari Sabhka Marine Station ke Old Souq Station seharga 1 dirham. Saya naik abra bersama masyarakat lokal, lalu bayar 1 dirham dan diturunkan di Dubai Old Souq Station. Jika bingung naik abra, informasinya sudah saya tulis lengkap : Cara Naik Abra di Dubai
abra |
abra station |
Dari Dubai Old Souq saya melewati Textile Souk. Di Dubai pasar itu disebut souk. Jangan dibayangkan kalo situasinya kumuh karena benar-benar bersih dan suasananya ala-ala Arab. Bangunan coklat pucat mendominasi dengan tulisan berbahasa Arab. Saya hanya melewati Textile Souk dan melangkah menuju Dubai Museum.
Textile Souk |
Pun di Dubai Museum saya hanya berfoto saja tanpa masuk kedalamnya. Untuk harga tiket yaitu AED 3. Saya sengaja tidak masuk ke museum Dubai karena penasaran dengan suasana Al Bastakiya. Dari Dubai museum saya melanjutkan Al Bastakiya. Al Bastakiya Heritage merupakan gang-gang sempit yang juga khas dengan suasana Arab.
Museum Dubai |
masijid di sekitar museum Dubai |
Di situ ada Coffe Museum, XVA gallery Dubai, Make Art Cafe, Al Fahidi Historical dan masjid-masjid khas Timur Tengah. Pokoknya daerah-daerah Al Bastakiya itu kalo disusuri dengan jalan kaki pasti nemuin spot yang bagus dan gratis, kecuali kalo nongkrong di kafe harus bayar.
lorong di bastakiya |
Arabian Tea House Restaurant and Cafe
Gara-gara timeline di Instagram yang pajang kafe berwarna biru dan putih, saya penasaran masuk dan makan di Arabian Tea House Restaurant dan Cafe. Masuk ke dalam kafe-nya terlihat sangat cantik karena semua kursi ada hiasan kelambu gantung berwarna putih dan kursinya warna biru.
Gara-gara timeline di Instagram yang pajang kafe berwarna biru dan putih, saya penasaran masuk dan makan di Arabian Tea House Restaurant dan Cafe. Masuk ke dalam kafe-nya terlihat sangat cantik karena semua kursi ada hiasan kelambu gantung berwarna putih dan kursinya warna biru.
Untuk makanannya tidak sesuai ekspektasi saya yang terlihat enak di instagram, mungkin bagi orang Dubai enak tapi tidak cocok di lidah saya. Tapi tetep kok saya bisa menikmati nongkrong di Arabian Tea House Restaurant and Cafe, ceritanya sudah saya tulis di artikel ini Arabian Tea House Dubai.
Naik Abra Ke Gold Souk dan Spice Souk
Dari Arabian Tea House Restaurant and Cafe saya menyusuri jalan kembali menuju ke abra station. Saya juga naik kembali abra untuk kembali ke station yang di depan hotel. Saya kemudian berjalan kaki sekitar 600 meter menuju Spice Souk dan Gold Souk.
Dari Arabian Tea House Restaurant and Cafe saya menyusuri jalan kembali menuju ke abra station. Saya juga naik kembali abra untuk kembali ke station yang di depan hotel. Saya kemudian berjalan kaki sekitar 600 meter menuju Spice Souk dan Gold Souk.
Spice souk ini merupakan pasar rempah atau pasar tradisional yang menjual kebutuhan sehari-hari. Menurut saya suasananya seperti pasar di India karena penjualnya banyak dari ras India, Bangladesh, Nepal dan sekitarnya. Tapi pasarnya bersih sekali dan teratur. Di pasar ini juga banyak menjual coklat dan cinderamata khas Dubai.
Dari Spice Souk saya melanjutkan jalan kaki menuju Gold Souk. Sesuai namanya gold souk merupakan pasar emas yang segala isi tokonya adalah emas. Di sini para horang kayah bakalan membeli emas kayak orang pergi haji atau umroh beli di Makkah. Jadi pasar ini benar-benar magnet tersendiri apalagi buat ras India atau Afrika yang suka banget sama emas.
Gold Souk |
Etalase emas yang bikin ngiler |
...
Dari Gold Souk saya kembali ke hotel dengan berjalan kaki. Saya menikmati hiruk pikuk kota Deira, saya memang sengaja menginap di Deira selama dua hari karena ingin eksplore sisi lain Dubai yang tanpa kemewahan, hari berikutnya saya menginap di pusat kota Dubai yang terkenal keglamorannya. Deira ini kota lama Dubai yang dihuni oleh kalangan menengah, jadi mulai dari rumah dan mobil kawasan Deira biasa saja.
Gold Souk bukan destinasi akhir di hari pertama Dubai, karena malamnya saya ke Global Village. Ceritanya akan saya lanjutkan di artikel berikutnya ya...
0 Comments