Sebuah email yang membuat saya ternganga memberitahukan bahwa saya akan liburan bersama Insto selama 3 hari 2 malam di Labuan Bajo. Sebelumnya saya memang mengikuti kontes menulis yang hadiahnya liburan ke Labuan Bajo dan sekaligus syuting di My Trip My Adventure, tapi tetap aja nggak nyangka saya menjadi salah satu pemenangnya bersama 20 pemenang lainnya.
Ya, semua perjalanan ditanggung semua oleh Insto, mulai itinerary dan tiket pesawat dikirimkan melalui email. Labuan Bajo merupakan destinasi populer di tahun 2017, saya sering sekali melihat instagramers memamerkan foto-fotonya yang berada di Pulau Pandar. Pun tidak hanya menjadi incaran turis lokal, turis mancanegara saya lihat banyak sekali ke Labuan Bajo sambil menyewa boat.
Hari ke-1
Sekitar subuh saya sudah sampai di bandara Juanda, kebetulan saya sudah janjian dengan blogger dari Malang, Mba Fauziah yang juga menang kontes insto. Dengan pesawat terpagi menggunakan AirAsia saya sampai di Jakarta sekitar pukul 07.00. Saya harus pindah terminal menggunakan shuttle bus untuk menuju terminal 3 bandara Soekarnao hatta karena penerbangan selanjutnya menggunakan Garuda Indonesia.
Di Soeta kami bertemu dengan tim agency dan tim dari Combiphar. Peserta lainnya ternyata banyak yang dari luar Jakarta, ada yang dari Bandung, Bali, Malang, Yogyakarta dan untuk Surabaya saya sendiri. Lalu kami diberikan Goodie Bag berupa kaos dan topi untuk syuting dan obat-obatan produk dari Combiphare.
Pesawat Garuda Indonesia yang kami gunakan merupakan penerbangan langsung dengan durasi 2,5 jam perjalanan. Saya melirik tiket pesawat saya yang seharga Rp. 4.800.000,- untuk ke Labuan Bajo. Andai jika saya ke Labuan Bajo sendiri pastinya akan menggunakan versi ransel, jadi pengalaman traveling menggunakan versi koper ini pengalaman luar biasa saya.
Pesawat Garuda Indonesia yang kami tumpangi berjenis khususcbombardier yaitu berjenis pesawat kecil. Bandara di Labuan Bajo tampak kecil dan kami mendarat seperti berada di tengah hutan. Waktu itu cuacanya sedikit mendung dengan udaranya yang segar.
Kami dijemput oleh tim travel Labuan Bajo untuk diangkut ke pelabuhan menggunakan sekoci menuju kapal yang berada di tengah laut. Rencananya kami akan berlayar selama 3 hari 2 malam. Selama 3 hari kami akan tidur, makan, dan mandi di atas kapal.
Di Pelabuhan |
Naik Sekoci |
Suasana di Pelabuhan |
Diangkut menggunakan sekoci ala titanic |
Para peserta dibagi menjadi dua kapal, ada tim biru dan hijau yang anggotanya masing-masing 10 orang. Saya kebagian tim hijau. Per tim akan naik kapal sejenis replica phinisi yang mewah. Di dalam kapal terdapat 5 kamar yang lengkap dengan AC, tempat tidur dan kamar mandi di dalam.
Penampakan kapal yang mirip phinisi mewah |
anjungan kapal |
Deck Bagian atas |
Kamar yang saya tempati |
Di kapal makanan disediakan 3 kali sehari Tiap kali makanannya berganti menu dan takjub dengan rasa makanannya yang enak-enak. Selain itu ada snack, kopi dan juice. Kalo makan bisa di deck atas sambil melihat pemandangan yang kanan, kiri dan depan semuanya terlihat laut.
Nongkrong sore-sore |
Makanan di kapal, ini belum semuanya dikeluarin sih |
Kegiatan di hari pertama ini santai banget, kami menikmati suasana di kapal, lalu berhenti di Kelor Island untuk melihat sunset. Pulau Kelor salah satu pulau sepi di Labuan Bajo yang tidak berpenghuni. Sewaktu saya ke sana, hanya rombongan kami yang berada di Pulau Kelor. Katanya kalo naik ke atas bukit maka akan terlihat lebih bagus pemandangannya. Tapi saya nggak naik ke atas karena menghemat tenaga untuk trekking besok.
Menepi di Pulau Kelor |
cantik banget ya? |
absent nggak naik ke atas |
asyik snorkeling |
Untuk tidur kami tetap berada di atas kapal yang berada di sekitar Pulau Kerbau karena katanya airnya lebih tenang dengan ombak yang lebih kecil.
Hari ke-2
Hari kedua merupakan acara syuting My Trip My Adventure. Untuk syuting kami harus trekking di Pulau Pandar. Kalo biasanya saya sering lihat foto-foto Pulau Pandar seliweran di instagram, ternyata foto-foto tersebut memerlukan perjuangan yang luar biasa. Apalagi yang memiliki body big size seperti saya maka perjuangan ekstra untuk membawa segala lemak di tubuh untuk trekking.
Menuju Pulau Pandar |
Untung ada mba Ika blogger dari Semarang yang sama-sama bentuk tubuhnya kayak saya, jadi kami bangga menjadi dua peserta terakhir. Maklum selama pendakian saya harus berhenti untuk mengatur napas yang 'ngos-ngosan" dalam hati saya bertekad saya harus kurus setelah dari Labuan Bajo. Tapi sekarang nulis ini sambil membawa camilan keripik kentang hehehehe...
Tanjakan curam menuju Pulau Pandar |
Ini kelelahan bukan bergaya OOTD hehehe |
Pendakian melewati jalanan yang terjal yang kanan kirinya jurang. Kata guide saya, jalan di Pulau Pandar sudah bagus karena sudah ada jalanan setapak dari batu. Kalo dulu masih tanah yang licin dan medannya lebih susah. Sewaktu saya mendaki ini ada beberapa turis bule yang harus menyerah dengan setengah perjalanan karena nggak kuat mendaki. Ada juga rombongan ibu-ibu yang menyerah sambil bilang "Paling juga sama saja pemandangannya di atas, jadi naiknya setengah aja di sini." Mereka salah!!! Pemandangan di atas lebih bagus karena akan terlihat 3 teluk yang berdampingan.
Bareng Widika host My Trip My Adventure |
wajah kemenangan setelah sampai puncak |
Selesai syuting di atas Pulau Pandar, kami kembali ke kapal dan makan siang. Sekitar satu jam perjalanan kami kemudian melanjutkan syuting di atas kapal. Di kapal ini seru banget kami di suruh berjoget dan beberapa berenang di laut untuk syuting. Selesai pengambilan di atas kapal, syuting dilanjutkan dengan syuting di Pink Beach.
pink beach |
Disebut pink beach karena dari jauh pantai ini tampak berwarna pink. Warna pink ini merupakan warna koral yang menyatu dengan pasir yang menjadikannya tampak pink. Tak seperti di Pulau Kelor, Pulau Pink lebih banyak dikunjungi wisatawan. Selesai syuting kami bebas bersnorkeling dan main di pantai. Hari kedua ini merupakan hari pertama sekaligus hari terakhir kami syuting.
Hari Ke Tiga
Entah jam berapa saya baru terbangun, tiba-tiba saja kapal sudah berlayar kembali. Setelah mandi dan bergegas makan pagi, perjalanan selanjutnya kami menuju Pulau Komodo.
Di Pulau Komodo kami langsung di briefing untuk pilihan short trip sekitar satu jam-an perjalanan. Guide kami disebut dengan ranger yang tugasnya seperti pawang komodo. Jadi komodo di Pulau Komodo ini dibiarkan hidup bebas dan berkeliaran. Setiap peserta wajib mengikuti ranger dan melaporkan kalo sedang haid. Konon komodo ini suka sama darah yang amis-amis dan penciumannya tajam, jadi kalo yang sedang haid wajib melaporkan ke ranger.
Briefing |
Bisa sedekat itu dengan komodo tuh rasanya luar biasa, selain takut tapi juga penasaaran. Bahkan kami sempat ketakutan karena ada salah satu komodo yang mengejar ranger karena ranger tersebut memang cari perhatian dengan mengibaskan kain, sang komodo bangun dan mengejar ranger. Tapi tetap aman kok karena para ranger ini berteman dengan komodo.
sedekat ini dengan komodo |
Di sekitar Taman Nasional Komodo ini memang ditinggali oleh penduduk bersuku komodo. Mereka memang hidup berdampingan dengan komodo sejak nenek moyang mereka. Padahal nih komodo merupakan hewan karnivora pemakan daging-dagingan, seperti sewaktu di sana rusa dibiarkan hidup bebas bersama komodo. Kalo lapar mungkin akan diterkam, seperti sewaktu saya kesana salah satu komodo selesai memakan satu ekor sekaligus.
Di Taman Nasional Komodo ini kami tak lama karena harus mengejar pesawat ke Jakarta. Perjalanan menggunakan kapal dari Taman Nasional Komodo ditempuh 3 jam untuk sampai ke Pelabuhan. Dari pelabuhan kami dilanjutkan naik bus sekitar 15 menit menuju bandara.
...
Terima kasih untuk insto atas perjalanan berkesannya. Semoga saya bisa kembali lagi ke Labuan Bajo di tahun berikutnya. Tungguin juga artikel selanjutnya karena saya akan membahas transportasi dan destinasi apa saja di Labuan Bajo.
0 Comments