Perjalanan saya ke Paju, membuat saya yakin bahwa percayalah pada ramalan cuaca pada aplikasi “weather’ yang sangatlah akurat. Kebiasaan saya di Indonesia yang selalu meremehkan prakiraan cuaca, juga saya lakukan ke Korea. Rencananya hari itu saya ingin ke Paju untuk menuju Gyeonggi English Village, Heyri Art Village dan Provence Village, ketika saya melihat aplikasi “weather” tertulis Seoul dan daerah sekitarnya akan turun hujan lebat dan angin kencang, saya mengabaikannya.
Paju berada di Provinsi Gyeonggi, sekitar satu jam perjalanan menggunakan bus. Wisata Paju kini mulai bersinar karena efek drama Korea “My Love From The Star” dengan bintang utama Kim So Hyun dan “Running Man”. Wilayah Paju sangat dekat dengan Zona Demiterilizazi (DMZ) antara Korut dan Korsel, namun jangan khawatir wilayah Paju tetap aman bagi wisatawan. Kalau memang ingin merasakan suasana mencekam di DMZ, maka bisa mengikuti tour dari beberapa travel online.
Untuk menuju Paju, transportasinya menggunakan bus umum. Bagi traveler pemula, mungkin agak sedikit takut menaiki bus umum di Korea. Kendala yang ditakutkan mulai dari driver yang tidak bisa Bahasa Inggris dan tulisannya berupa Hangeul tanpa ada tulisan latin. Namun, untuk menuju Paju akses satu-satunya hanya berupa bus umum tanpa ada subway untuk menuju kesana. Pengalaman saya membuktikan menuju Paju sangatlah mudah, jadi tidak perlu takut tersesat.
Saya kemudian menuju “Hapjeong Station (subway line 3)” untuk menaiki bus nomor “2200”. Ketika akan keluar di pintu exit 1, saya tidak menemukan halte bus dari rute yang saya baca di KTO dan Gyeonggi Coupon. Rupanya posisi halte bus berada di exit 2, benar seperti ulasan beberapa travel blogger. Mungkin KTO sedikit lelah bhuahahaha...
Saya menaiki bus kemudian menempelkan kartu “T-Money” di mesin yang disediakan. Kartu saya terpotong sekitar W2000. Saya duduk di sebelah jendela dan tak jauh dari si ahjussi driver. Dari balik kaca saya melihat cuaca Seoul yang mendung berkabut, hujan dan suhunya 4C. Lalu lintas pun tak kalah padatnya. Pemandangan yang saya lihat antara Seoul – Paju hanya berupa jalanan seperti di dalam tol Indonesia, sesekali terlihat lautan lepas seperti by pass di Bali.
Gyeonggi English Village (경기영어마을)
Sekitar mendekati 1 jam perjalanan, bus melewati Paju Premium Outlet (PPO). Destinasi ini sengaja saya lewatkan karena saya bukan pecinta barang branded karena buddget saya yang minim. Ketika melewati PPO saya sudah bersiap menanyakan ke driver, “English Village” si ahjussi itu mengisyaratkan dengan tangan sambil “da-da” lalu menunjuk-nunjuk tangan ke depan. Penerawangan saya, si ahjussi itu bilang English Village masih berada di depan.
Setelah dari PPO tadi, ada beberapa pemberhentian bus stop yang saya lalui. Saya sih sebenarnya gelisah, kok si ahjussi ngga ngode lagi, jangan-jangan beliau ngga faham ucapan saya dan ada versi nama Korea dari English Village. Lima belas menit kemudian, banyak orang yang turun dari bus dan saya melihat sekitarnya ada bangunan menjulang tinggi dengan warna coklat khas English Village…akhirnya saya sampai juga di English Village.
Setelah turun dari bus maka seberangi jalan, posisi halte antara pulang dan berangkat saling berhadapan. English Village tampak dengan gedung coklatnya. |
Setelah menyeberangi jalan, langsung berjalan ke arah kanan |
Dari halte bus ini, menuju English Village saya harus menyeberangi jalan raya. Mau sok-sok-an cari “zebra cross” kok kelihatannya jauh, akhirnya menyeberang jalan saja. So far aman-aman saja, karena kondisi jalan di depan English Village ini sangat sepi, sesekali ada mobil pun terlihat satu dua saja dengan kecepatan tinggi.
Setelah menyeberang, berjalanlah ke kanan susuri pagar English Village hingga bertemu pintu masuk dengan bagian depan seperti batu-batu menjulang tinggi. Awalnya saya sempat salah jalan. Setelah menyeberang tadi, saya sempat berjalan ke kiri dan menemukan gate dengan pagar tertutup. Saya kemudian berjalan kembali ke arah sebaliknya.
Saya membeli tiket masuk seharga W2.100 karena ada potongan coupon gyeonggi yang saya bawa. Harga tanpa diskon sekitar W3.000. Tiket yang saya dapatkan berupa paspor dan guide map. Memasuki English Village, suasana di setting seperti memasuki imigrasi yang akan berangkat ke luar negeri, lengkap dengan petugas imigrasi dan stempelnya.
English Village adalah sekolah yang menggunakan standart Bahasa Inggrish. Fasilitasnya didesain seperti berada di sebuah kota Inggris yang lengkap dengan minimarket, cafe, gedung kesenian, kantor polisi dan asrama yang didesain seperti rumah di Inggris. Ketika berada di English Village, saya merasa bukan berada di Korea.
Suasana Korea bisa saya lihat ketika para oppa-oppa militer seperti si Big Bos ala Soo Jong Ki sedang asyik lalu lalang di English Village. Ya, harap maklum di English Village ini terkadang banyak tentara Korea karena lokasi English Village yang dekat dengan camp militer. Andai cuaca tidak hujan gerimis, pasti saya minta selfie dengan mereka bhuhahahaha…
Di English Village terdapat rel kereta yang membelah jalan. Sepertinya rel kereta tersebut hanya hiasan semata, karena tidak ada kereta yang melewatinya. Namun agar tampak tanya ada kereta kuno khas Inggris yang sering dijadikan spot wajib berfoto wisatawan. Suasana Inggris lainnya dapat terlihat dari patung-patung khas penjaga istana di Inggris.
Untuk mengeksplorasi English Village, dibutuhkan waktu sekitar 3 jam-an pasti kita akan puas mengelilingi kawasan ini.
Open :09.30 - 18.00HTM :Admision Ticket W3.000Experience Ticket W10.000kalo saya cukup dengan membeli tiket admision untuk berkeliling English Village, jika ingin mengikuti progam-progam yang ada di English Village.How To Get To English Village :
- Hapjeong Station (subway line 3), exit 2. Kalo mau lewat exit 1 juga bisa karena posisi pintu keluar ini berdekatan.
- Naik bus 2200 di depan exit 2, berbaris sesuai dengan garis kuning untuk mengantri bus
- Naik bus, Tap T Money sekitar W2.000
- Perjalanan sampai di Paju + 1 jam
- Ketika terlihat PPO, bersiaplah meskipun perjalanan sekitar 15 menit lagi dan masih ada beberapa halte yang dilewati.
- Perhatikan sekeliling, jika terlihat bangunan seperti English Village yang posisinya di sebelah kanan kaca bus, maka berhentilah
- Tidak ada petunjuk rute di bus dalam bahasa latin dan driver tidak bisa berbahasa Inggris
- Usahakan sampaikan tujuan kita "English Village" ke driver dan duduk jangan terlalu jauh dari driver
Heyri Art Village (헤이리 예술마을)
Berdasarkan ulasan para trave blogger, untuk menuju Heyri Art Village cukup dengan berjalan kaki karena jaraknya cukup dekat. Tidak ada petunjuk detail saya harus berjalan ke arah mana dari English Village tadi. Saya kemudian bertanya kepada petugas penjual tiket. Untunglah beliau bisa berbahasa Inggris, jadi penjelasannya mudah saya terima.
Untuk menuju Heyri Art Village, dari English Village menyeberanglah kembali ke bus stop kita turun tadi. Di sebelah bus top tadi ada gang kecil yang rimbun dengan kanan kirinya berupa pohon. Awalnya sih saya ngga “ngeh” kalau ada sebuah jalan pintas menuju jalan terdekat ke Heyri Art Village. Rute detailnya akan saya ulas di “How To Get To Heyri Art Village” di bagian bawah.
Heyri Art Village ini merupakan kawasan dengan 40 museum, 10 cafe, gedung konser dan toko buku dengan desain cantiknya. Sewaktu saya sampai di lokasi, kok sepi…padahal waktu itu sekitar jam 2 siang. Saya kemudian menuju guide board yang berada di tengah taman, sialnya tulisan memakai aksara Hangeul erggghhhh
Kondisi cuaca waktu itu adalah super dingin 4C, gerimis dan berkabut, mungkin saja karena cuaca yang tidak bersahabat maka Heyri Art Village suasanaya sangat sepi. Padahal saya membaca di Tripadvisor, kawasan Heyri Art Village suasanya sangat ramai dan tidak pernah sepi pengunjung. Saya pun baru menyadari ketika kembali di guesthouse bahwa Heyri Art Village tutup setiap senin, dan saya apes datang ketika hari senin zzzzzzZZZzzz
Open:Buka hampir 24 jam, tutup setiap SeninHTM:GratisHow To Get To Heyri Art Village :Dari English Village tadi kembali ke Halte Bus sewaktu kita turun tadi. Masuk ke Gang yang posisiny ada di sebelah kanan halte. Berikut rute dari gang tersebut sampai menuju ke Heyri Art Village :
Setelah melewati gang tadi maka akan bertemu bangunan seperti dan beloklah ke kanan berjalan lurus
Jika bertemu icon warna merah ini maka anda sudah sampai di heyri art village
Setelah dari Heyri Art Village, saya kembali berjalan menuju bus stop tadi. Untuk perjalanan pulang, maka saya harus menyeberang ke arah sebaliknya dari pemberhentian bus saya sewaktu berangkat. Posisi halte bus tersebut berhadap-hadapan, hanya dipisahkan oleh jalan raya. Tak berapa lama saya mendapatkan bus no 2200.
Rencana awal di Paju saya akan mengunjungi wisata dengan urutan English Village – Heyri Art Village – Provence Village. Namun karena cuaca kurang bersahabat, maka saya merelakan bus yang saya tumpangi ketika melewati Provence Village. Provence Village ini merupakan lokasi syuting drama korea “My Love From The Star”, tempat tersebut berupa beberapa café dalam satu area. Namun banyak spot-spot wajib yang dijadikan must visit ketika Korea.
Dari perjalanan ini saya menyimpulkan, bahwa percayalah dengan kata “weather”, jika cuaca diramalkan hujan, berkabut atau angin kencang, sebaiknya ambil wisata yang dekat-dekat seperti di Seoul. Mungkin saya harus kembali ke Paju dan menambahkan Pinocchio Museum, Paju book City dan Sanmeoru Farm… Ya, someday….
Setelah sampai Seoul, saya berkuliner di restoran halal Yang Good...
Setelah sampai Seoul, saya berkuliner di restoran halal Yang Good...
0 Comments