Akhir-akhir ini saya lagi kangen sama Bangkok, pengen banget kesana lagi karena banyak destinasi wisata baru seperti Chocolate Ville, Swiss Sheep Farm, Santorini Park, The Venetian atau Mall Palio di Khao Yai yang belum saya kunjungi, bahkan Chatuchak Weekend Market gagal saya kunjungi karena hujan deras.
Madame Tussaud
Untuk masuk kedalam Grand Palace dikenakan tiket sebesar 500 Bath, didalamnya kita bebas berfoto sepuasnya, tiket tersebut bisa memasuki Grand Palace, Wat Phra Kaeo, The Royal Thai Decorations & Coins Pavilion and Queen Sirikit Museum of Textil, beberapa tempat tersebut lokasinya saling berdekatan bisa dijangkau dengan jalan kaki.
Agar nyaman usahakan memakai baju seperti kaos, topi, payung dan celana yang nyaman karena cuaca Bangkok sangat terik dan panas menyengat seperti di Jakarta dan Surabaya. Jika memakai pakaian yang terbuka seperti kaos tanpa lengan celana pendek maka diwajibkan memakai sarung yang disewakan gratis dengan deposit sekitar 100 bath.
Tak jauh dari Grand Palace dengan berjalan memutar tembok putih tersebut saya sampai di Wat Pho. Candi ini terkenal akan Budha tidurnya yang panjangnya 46 meter mengingatkan saya dengan Candi yang ada di Mojokerto Jawa Timur. Selain itu disini ada wadah yang berjumlah 108 untuk mengisi koin yang dipercayai mendatangkan rezeki. Tetapi saya hanya menikmati What Pho dengan sekedar berfoto.
Dari Grand Palace dan Waht Pho maka sebaiknya sekaligus ke Wat arun karena lokasinya hanya dipisahkan oleh sungai Chao Phrya. Untuk mencapai Wat arun, setelah dari Grand Palace dan Wat arun maka kembalilah ke dermaga awal. Menuju Wat pho maka turun di dermaga N8 Than Thien, sedangkan dermaga Grand Palace adalah N9 Tha Chang. Jika bingung maka tanyakan ke petugas di dermaga tujuan kita.
Selama 45 menit bersama sekitar 15-20 orang saya diajak berkeliling di rumah Jim Thomson seperti menuju kamar tamu, ruang keluarga, gallery dan kamar pribadinya. Dikisahkan Jim Thomson adalah orang Amerika yang menetap di Bangkok yang sangat mencintai karya seni dan kain sutra. Namun setelah menetap 10 tahun di Bangkok, Jim Thomson dikisahkan menghilang sewaktu berlibur di Malaysia. Oleh pemerintah Bangkok, bangunan berwarna merah yang ditinggali Jim Thomson tersebut kemudian dikelola menjadi museum kain sutera dan kini dijadikan wisata yang selalu dikunjungi pengunjung.
Di rumah yang menyimpan banyak misteri tersebut saya sangat menyukai suasana yang asri, sekitarnya adalah pepohonan yang rindang dan dibelakang rumah Jim Thomson saya dapat melihat sungai yang dijadikan transportasi air penduduk Bangkok. Saya pun dapat melihat proses pemintalan kain sutra yang masih menggunakan alat tradisional. Jika ke Bangkok jangan melewatkan Jim Thomson karena kisah sejarahnya yang unik dan transportasinya sangat mudah.
Jika menginap di kawasan Sukhumvit, atau menginap di Tune Hotel Asok pastinya kalian harus mampir ke Terminal 21. Ya, saya suka dengan konsep mall terminal 21 yang setiap lantainya bertemakan kekhasan suatu negara seperti Jepang, Amerika, London, Istanbul, San Fransico dan Paris. Bahkan semakin terasa kita mengunjungi berbagai negara setiap naik eskalator tertulis departure untuk menuju setiap lainnya dan petugas security mengenakan pakaian sesuai tema negara.
Layaknya mall, didalam mall 21 menjual barang branded dan beberapa makanan. Saya menyukai food court nya yang di lantai 4 dengan tema San Fransico, sambil nongkrong saya berburu makanan Thailand, harga makanan di Thailand ini seperti standart harga makanan mall di Indonesia.
Rata-rata para backpacker menginap di kawasan Khaosan Road, karena banyak penginapan murah dan mudah mencari makanan ataupun tempat nongkrong. Sayangnya Khaosan Road jauh dari pusat kota Bangkok dan transportasinya susah untuk menuju pusat kota, saya yang lebih menyukai wisata kota seperti mall memilih alternatif menginap di Sukhumvit. Didaerah sukhumvit pun banyak kok hotel budget atau hostel untuk menekan pengeluaran di Bangkok, jadi nggak harus di Khaosan Road.
Sebagai pusat turis seperti di Poppies Bali, Khaosan Road dicintai karena banyak menjual baju atau cinderamata kaki lima. Tapi misi saya ke Khaosan Road adalah berburu pad thai yang merupakan makanan khas Thailand. Waktu itu saya memilih Pad Thai secara acak yang banyak dijual di Khaosan Road layaknya penjual nasi goreng di Indonesia yang banyak dijajakan dengan gerobaknya. Saya menyebut Pad Thai seperti kwetiau yaitu mie yang dicampur dengan tauge, udang, dan ayam yang membuat saya ketagihan. Untuk harga sekitar 15 -20 bath.
Menjelajah Bangkok memang sangat menyenangkan, saya selalu kangen dengan kulinernya seperti Pad Thai dan Mango Stickey Rice-nya. Biaya hidup di Bangkok juga sama dengan biaya dengan Indonesia, jadi pengeluaran traveling pun tidak membengkak. Untuk berkeliling antar satu wisata dengan wisata lainnya transportasinya juga cukup mudah dan tersedia BTS (Bangkok Train System) yang memudahkan wisatawan.
Tips saya untuk berkeliling Bangkok maka selalu gunakan sepatu KEDS yang nyaman, maklum kaki Indonesia ini suka manja kalo jalan atau naik tangga, tahu sendiri kan kalau di Indonesia suka banget cari parkiran yang sedikit jalannya.
Tunggu juga cerita saya selanjutnya berburu oleh-oleh di MBK dan belanja fashion di kawasan The Platinum Fashion Mall dan Pratunan Market. Yuk, ah berburu tiket peswat murah lagi ke Bangkok !!!
Meski negara Bangkok sering terjadi konflik atau demo kudeta tetapi pemerintah belum mengeluarkan travel warning, jadi masih amanlah buat target traveling. Sayangnya harga tiket ke Bangkok masih mahal sekitar 2,5 juta/orang dari Surabaya - Bangkok, sambil menunggu tiket murah lagi, saya akan share pengalaman di Bangkok. Memang tidak banyak destinasi yang saya kunjungi tetapi wisata yang saya pilih adalah must visit ketika di Bangkok untuk 4 hari 3 malam
Asiatique The Riverfront
Asiatique The Riverfront menawarkan sensasi wisata Bangkok yang berbeda, sewaktu saya kesana seperti merasa di negara lain. Sebenarnya wisata di Bangkok kini makin banyak dikonsep seperti ala-ala Eropa seperti wisata di Hua Hin, Khao Yai atau Chocolate Ville yang sudah saya sebut diatas. Tetapi Asiatique The Riverfront paling mudah dijangkau dari pusat kota Bangkok dan biayanya transportasi tidak menguras kantong karena bisa dicapai dengan BTS dan free shuttle boat.
Asiatique ini dapat dinikmati hanya pada malam hari mulai pukul 17.00 hingga tengah malam, jadi jangan siang-siang kesana yah...karena shuttle boat pun baru beroperasi pada pukul 16.00 dan usahakan sudah datang pukul 15.30 untuk menunggu boat nya karena semakin malam antrian pun semakin panjang.
Sampai di Asiatique saya suka dengan konsepnya yang menjadikan tempat shopping, kuliner dan hiburan seperti bianglala yang dijadikan seperti mall tapi outdoor. Jangan lewatkan untuk shopping Naraya buat oleh-oleh, Naraya ini tas khas Bangkok yang wajib dibeli dan harganya pun tidak begitu mahal. Selain itu yang paling saya sukai di Asiatique adalah kita bisa narsis sepuasnya karena sangat instagramable.
Untuk mencari makanan halal didalam Asiatique The Riverfront agak susah, adapun harganya juga mahal. Nah, ketika di Asiatique saya lebih suka berkuliner di Masjid diseberang gate Asiatique, di dekat masjid tersebut tersedia beberapa kuliner halal dengan aneka masakan khas Thailand.
Asiatique The RiverfrontJam Buka :17.00 - 24.00Cara kesana
Turun di BTS Saphan Taksin, setelah turun maka beloklah kekiri. Nanti ikuti petunjuk menuju boat Asiatique The Riverfront. Jam operasional mulai pukul 16.00, usahakan datang minimal setengah jam sebelumnya untuk menghindari antrian.
Dulu sebelum adanya Madame Tussaud di Singapore, saya penasaran berat dengan patung lilin di Bangkok. Apalagi di Madame Tussaud ada icon presiden Soekarno yang mewakili Indonesia. Meski tiketnya mahal bagi kantong saya, rasanya akan sayang bila melewatkan Madame Tussaud di Bangkok. Untuk menghemat harga tiket sebaiknya booking online terlebih dahulu karena ada diskon sekitar 35%.
Menempati sebuah mall di Siam Paragon, Madame Tussaud di Bangkok ini sangat mudah dicapai. Didalamnya saya bisa berfoto dengan tokoh-tokoh dunia, artis hollywood, artis Korea dan ilmuwan mulai yang hidup dan yang sudah meninggal saya dapat memeluknya. Patung-patung tersebut seperti asli dengan tinggi badan, bentuk tubuh, wajah dan bahkan keriput atau guratan di wajah dibuat seperti menyerupai aslinya.
Madame TussaudSiam Discovery lantai 6Jam Buka :10.00 - 21.00Cara kesanaTurun di BTS Siam. Di BTS Siam ini merupakan kawasan Mall di Bangkok seperti MBK, Siam Paragon Mall, Siam Center dan Siam Discovery Mall. Setiap mall tersebut dapat dijangkau di Skybridge. Nah untuk ke Siam Discovery ikuti papan penunjuknya.
Grand Palace, Wat Pho dan Wat Arun
Tek lengkap jika ke Bangkok tanpa mengunjungi icon wisatanya Grand Palace. Masuk ke kawasan Grand Palace saya dibuat takjub dengan kemegahan dan warna kuning emas berkilauan di tengah sengatan panas matahari. Grand Palace merupakan komplek istana raja di Bangkok yang dibangun pada tahun 1782, sama halnya dengan komplek keraton di Yogyakarta, bangunan tersebut masih digunakan untuk upacara dan kegiatan resmi pemerintahan. Untuk masuk kedalam Grand Palace dikenakan tiket sebesar 500 Bath, didalamnya kita bebas berfoto sepuasnya, tiket tersebut bisa memasuki Grand Palace, Wat Phra Kaeo, The Royal Thai Decorations & Coins Pavilion and Queen Sirikit Museum of Textil, beberapa tempat tersebut lokasinya saling berdekatan bisa dijangkau dengan jalan kaki.
Agar nyaman usahakan memakai baju seperti kaos, topi, payung dan celana yang nyaman karena cuaca Bangkok sangat terik dan panas menyengat seperti di Jakarta dan Surabaya. Jika memakai pakaian yang terbuka seperti kaos tanpa lengan celana pendek maka diwajibkan memakai sarung yang disewakan gratis dengan deposit sekitar 100 bath.
Tak jauh dari Grand Palace dengan berjalan memutar tembok putih tersebut saya sampai di Wat Pho. Candi ini terkenal akan Budha tidurnya yang panjangnya 46 meter mengingatkan saya dengan Candi yang ada di Mojokerto Jawa Timur. Selain itu disini ada wadah yang berjumlah 108 untuk mengisi koin yang dipercayai mendatangkan rezeki. Tetapi saya hanya menikmati What Pho dengan sekedar berfoto.
Dari Grand Palace dan Waht Pho maka sebaiknya sekaligus ke Wat arun karena lokasinya hanya dipisahkan oleh sungai Chao Phrya. Untuk mencapai Wat arun, setelah dari Grand Palace dan Wat arun maka kembalilah ke dermaga awal. Menuju Wat pho maka turun di dermaga N8 Than Thien, sedangkan dermaga Grand Palace adalah N9 Tha Chang. Jika bingung maka tanyakan ke petugas di dermaga tujuan kita.
Wat arun merupakan candi budha yang terdiri dari 4 menara, sekilas seperti bangunan candi prambanan yang bangunannya tepisah-pisah. Dominasi warna kuil wat arun adalah putih kecoklatan yang sangat berbeda dengan Grand Palace yang berkilauan. Untuk menikmati keindahan Wat arun dan pemandangan sekitar dibutuhkan stamina ekstra karena tangga untuk ke puncak sangat tinggi dan curam. Best spot menikmati Wat Arun adalah ketika matahari terbenam, sesuai dengan namanya "Temple of Dawn".
Untuk menuju kawasan wisata di Bangkok ini saya membutuhkan waktu seharian, rute yang saya lalui adalah Grand Palace, Wat pho, Wat arun dan selesai mengunjungi kuil dan istana perjalanan saya lanjutkan ke Khaosan Road karena berdekatan.
Grand PalaceJam Buka :08.30 - 15.30Ticket :500 bathCara kesanaTurun di BTS Saphan Taksin. Turun dari BTS ikuti jalan menuju dermaga untuk menaiki boat, dan belilah ticket dengan tujuan N9 Tha Chang. Sampaikan ke petugas tujuan kita ke Grand Palace. Turun di dermaga berjalan lurus lalu belok kekiri dan ikuti trotoar sampai menuju pintu masuk Grand Palace.
Wat Pho
Jam buka :
08.00 - 17.00
Ticket :
100 Bath
Cara Kesana :
Wat Pho dapat dijangkau dengan mudah, kalo dari dermaga Tha Chang tadi maka beloklah ke kanan dan Wat pho tak jauh dari dermaga tadi. Jika dari Grand Palace maka susuri tembok dinding sekeliling Grand Palace maka akan segera bertemu dengan Wat Pho. Paling mudah memang bertanya petugas yang bisa berbahasa Inggris.
Wat Arun
Jam Buka :
08.00 - 17.30
Ticket :
50 bath
Cara kesana :
BTS Saphan Taksi naik boat ke N9 Tha Chang.
Jim Thomson
Pagi itu saya mengikuti tour di rumah Jim Thomson, ada dua bahasa tour yang bisa saya pilih yaitu English dan Mandarin. Tentu saja saya memilih tour berbahasa Inggris yang dikenakan biaya masuk 100 bath. Untuk memulai tour didalam rumah Jim Thomson, semua pengunjung diwajibkan melepas alas kaki dan tidak boleh memotret di dalam rumah Jim Thomson.
Selama 45 menit bersama sekitar 15-20 orang saya diajak berkeliling di rumah Jim Thomson seperti menuju kamar tamu, ruang keluarga, gallery dan kamar pribadinya. Dikisahkan Jim Thomson adalah orang Amerika yang menetap di Bangkok yang sangat mencintai karya seni dan kain sutra. Namun setelah menetap 10 tahun di Bangkok, Jim Thomson dikisahkan menghilang sewaktu berlibur di Malaysia. Oleh pemerintah Bangkok, bangunan berwarna merah yang ditinggali Jim Thomson tersebut kemudian dikelola menjadi museum kain sutera dan kini dijadikan wisata yang selalu dikunjungi pengunjung.
Di rumah yang menyimpan banyak misteri tersebut saya sangat menyukai suasana yang asri, sekitarnya adalah pepohonan yang rindang dan dibelakang rumah Jim Thomson saya dapat melihat sungai yang dijadikan transportasi air penduduk Bangkok. Saya pun dapat melihat proses pemintalan kain sutra yang masih menggunakan alat tradisional. Jika ke Bangkok jangan melewatkan Jim Thomson karena kisah sejarahnya yang unik dan transportasinya sangat mudah.
Jim Thomson HouseJam Buka :09.00 - 17.00Ticket :100 bathCara kesanaBTS National Stadium exit 2. Cari papan jalan menuju Soi Kasemsan 2 lalu berjalanlah sekitar 400 meter. Nah, jika malas berjalan kaki tunggulah shuttle yang seperti mobil golf secara gratis di mulut gang.
Terminal 21
Jika menginap di kawasan Sukhumvit, atau menginap di Tune Hotel Asok pastinya kalian harus mampir ke Terminal 21. Ya, saya suka dengan konsep mall terminal 21 yang setiap lantainya bertemakan kekhasan suatu negara seperti Jepang, Amerika, London, Istanbul, San Fransico dan Paris. Bahkan semakin terasa kita mengunjungi berbagai negara setiap naik eskalator tertulis departure untuk menuju setiap lainnya dan petugas security mengenakan pakaian sesuai tema negara.
Layaknya mall, didalam mall 21 menjual barang branded dan beberapa makanan. Saya menyukai food court nya yang di lantai 4 dengan tema San Fransico, sambil nongkrong saya berburu makanan Thailand, harga makanan di Thailand ini seperti standart harga makanan mall di Indonesia.
Terminal 21Jam Buka :10.00 - 22.00Ticket :freeCara kesanaTurun di BTS Asok exit 4, ikuti papan penujuk menuju Terminal 21.
Khaosan Road
Setelah mengelilingi deretan wisata Grand Palace, Wat pho dan Wat Arun, saya kemudian mengunjungi Khaosan Road. Karena kelelahan saya kemudian menaiki taxi setelah dari Wat Pho, jika takut taksi terlalu mahal bisa juga berjalan kaki.
Rata-rata para backpacker menginap di kawasan Khaosan Road, karena banyak penginapan murah dan mudah mencari makanan ataupun tempat nongkrong. Sayangnya Khaosan Road jauh dari pusat kota Bangkok dan transportasinya susah untuk menuju pusat kota, saya yang lebih menyukai wisata kota seperti mall memilih alternatif menginap di Sukhumvit. Didaerah sukhumvit pun banyak kok hotel budget atau hostel untuk menekan pengeluaran di Bangkok, jadi nggak harus di Khaosan Road.
Sebagai pusat turis seperti di Poppies Bali, Khaosan Road dicintai karena banyak menjual baju atau cinderamata kaki lima. Tapi misi saya ke Khaosan Road adalah berburu pad thai yang merupakan makanan khas Thailand. Waktu itu saya memilih Pad Thai secara acak yang banyak dijual di Khaosan Road layaknya penjual nasi goreng di Indonesia yang banyak dijajakan dengan gerobaknya. Saya menyebut Pad Thai seperti kwetiau yaitu mie yang dicampur dengan tauge, udang, dan ayam yang membuat saya ketagihan. Untuk harga sekitar 15 -20 bath.
Mango Tango
Jika sering membaca food blogger yang pelesiran ke Bangkok, maka saya yakin mereka tidak akan melewatkan dessert andalan thailand "Mango Tango". Saya yang penasaran berat sudah sampai lokasi sekitar pukul 10.30 karena beberapa review yang saya baca selalu antri ketika memasuki Mango Tango, namun cafe ini baru buka pada pukul 11.30 dan pada jam 11 kira-kira setengah jam sebelum buka para pengunjung sudah berbaris didepan Mango Tango seperti antri membeli tiket bioskop.
Saya yang datang dua dua orang niatnya memesan satu dessert karena dilihat dari gambar buku menu porsinya sangat banyak. Namun saya dilarang masuk jika tidak memesan satu orang satu dessert dan akhirnya saya memesan menu dessert yang menjadi andalan Mango Tango yaitu Mango Tango with Extra Sticky Rice, 160 Bath dan Mango Rumbha 95 Bath.
Kalo dilihat dari harganya Mango Tango ini pricey seporsi termahal sekitar 65 ribu, namun sebanding dengan rasanya yang segar dan enak. Entahlah manggo di Thailand itu bisa manis dan seratnya halus, saya yang sekarang nulis pun pengen kulineran lagi ke Bangkok.
Mango Tango1 Pathumwan, (Siam Square Soi 5) BangkokJam Buka11.30 - 22.00Cara kesanaTurun di BTS Siam Station. Setelah turun tangga cari gang Siam Square soi 5. Gang dikawasan Siam square merupakan deretan toko-toko cantik dan cafe. Mango Tango berada di ujung gang-nya. Kalo bingung bisa setting GPS setelah keluar dari BTS Siam Station.
Menjelajah Bangkok memang sangat menyenangkan, saya selalu kangen dengan kulinernya seperti Pad Thai dan Mango Stickey Rice-nya. Biaya hidup di Bangkok juga sama dengan biaya dengan Indonesia, jadi pengeluaran traveling pun tidak membengkak. Untuk berkeliling antar satu wisata dengan wisata lainnya transportasinya juga cukup mudah dan tersedia BTS (Bangkok Train System) yang memudahkan wisatawan.
Tips saya untuk berkeliling Bangkok maka selalu gunakan sepatu KEDS yang nyaman, maklum kaki Indonesia ini suka manja kalo jalan atau naik tangga, tahu sendiri kan kalau di Indonesia suka banget cari parkiran yang sedikit jalannya.
Tunggu juga cerita saya selanjutnya berburu oleh-oleh di MBK dan belanja fashion di kawasan The Platinum Fashion Mall dan Pratunan Market. Yuk, ah berburu tiket peswat murah lagi ke Bangkok !!!
0 Comments