Hari ke-2 di Busan, susunan itenerary-nya ke gamcheon culture village, kuliner di gaemijip, gukje market, jagalchi fish market, gwangan beach, haeundae market dan ops bakery. Ada juga dua rencana yang terpaksa dihapus, karena kelelahan dan minimnya waktu yaitu ke Trick Eye Museum Busan dan Dangnae Hot spring.
Pukul 07.00 pagi, saya sudah berangkat dari hotel menuju ke subway, suasana pagi hari di Korea sangatlah lengang karena orang Korea baru hidup pukul 10.00 pagi, maklumlah orang Korea suka begadang tengah malam sambil minum soju jika musim dingin. Suasana di subway-pun sangat sepi, hanya beberapa orang yang berpakaian kerja dan beberapa anak sekolah yang asyik bermain gadget.
Ketika masuk subway, di dalam kereta Korea ini baunya berasa kimchi, saya berpikir mungkin karena habis sarapan jadi orang-orang Korea kalau berbicara maupun menguap pasti bau kimchi, saya memang tak suka bau kimchi asem-asem menyengat gimana gitu…(maaf ya, bukan rasis), saya suka dengan kuliner Korea namun sayangnya saya bukan penyuka kimchi.
Gamcheon Culture Village
Hari ke-6 di Korea, ini adalah pertama kalinya naik bus, sewaktu di Seoul saya selalu menaiki subway karena takut nyasar jika naik bus, sedangkan untuk ke Gamcheon Culture Village mau tidak mau adalah harus naik bus setelah dari Toseong Station, ada sih akses mudah dengan naik taksi tetapi demi hidup flaspacker di Korea jadi coret transportasi menggunakan Taxi.
Sekitar 5 menit menunggu bus di Halte, saya menaiki bus dengan kode jurusan 2-2, saya memberitahukan tujuan saya ke sopir bus (tak ada kondektur ya)..dengan suara agak keras saya bilang “Gamcheon Culture Village” si sopir pun langsung manggut-manggut mengerti, di ipad saya juga menyiapkan tulisan wisata ini versi korea 감천문화마을 jika ditranslate-kan bacanya gamcheonmaeul, untung saja sisopir mengerti jadi tidak perlu repot-repot menunjukkan ipad sambil baca versi Kore hihihi
Pukul 07.00 pagi, saya sudah berangkat dari hotel menuju ke subway, suasana pagi hari di Korea sangatlah lengang karena orang Korea baru hidup pukul 10.00 pagi, maklumlah orang Korea suka begadang tengah malam sambil minum soju jika musim dingin. Suasana di subway-pun sangat sepi, hanya beberapa orang yang berpakaian kerja dan beberapa anak sekolah yang asyik bermain gadget.
Ketika masuk subway, di dalam kereta Korea ini baunya berasa kimchi, saya berpikir mungkin karena habis sarapan jadi orang-orang Korea kalau berbicara maupun menguap pasti bau kimchi, saya memang tak suka bau kimchi asem-asem menyengat gimana gitu…(maaf ya, bukan rasis), saya suka dengan kuliner Korea namun sayangnya saya bukan penyuka kimchi.
Gamcheon Culture Village
Hari ke-6 di Korea, ini adalah pertama kalinya naik bus, sewaktu di Seoul saya selalu menaiki subway karena takut nyasar jika naik bus, sedangkan untuk ke Gamcheon Culture Village mau tidak mau adalah harus naik bus setelah dari Toseong Station, ada sih akses mudah dengan naik taksi tetapi demi hidup flaspacker di Korea jadi coret transportasi menggunakan Taxi.
Sekitar 5 menit menunggu bus di Halte, saya menaiki bus dengan kode jurusan 2-2, saya memberitahukan tujuan saya ke sopir bus (tak ada kondektur ya)..dengan suara agak keras saya bilang “Gamcheon Culture Village” si sopir pun langsung manggut-manggut mengerti, di ipad saya juga menyiapkan tulisan wisata ini versi korea 감천문화마을 jika ditranslate-kan bacanya gamcheonmaeul, untung saja sisopir mengerti jadi tidak perlu repot-repot menunjukkan ipad sambil baca versi Kore hihihi
Bus di Busan berukuran mini, bisa dibilang lebih mirip ELF daripada bus
Di dalam bus, saya lumayan deg-degan karena takut nyasar, saya sering ngelihat wajah si sopir dispion dan bertatapan mata di kaca, tetapi lama-lama kok jadi salting sendiri. Alasan ngelihatin sopir bukan karena dia mirip Lee Min Ho loh, tapi berharap jika sudah sampai ditempat tujuan, sopir akan memberitahukan jika sudah sampai, kan ini bukan bus di Indonesia yang kondekturnya teriak-teriak.
Karena salting, saya mengalihkan pandangan ke sekitar, melihat ke luar bus. Perjalanan menuju gamcheon culture village ini jalanannya menanjak dan berputar-putar karena berada di dataran tinggi, siapkan obat anti mabuk jika memang tidak kuat dengan jalanan berkelok-kelok, selain jalanan yang ekstrim, di dalam bus juga bau ikan maklumlah banyak ahjumma yang habis belanja ikan di pasar.
Sekitar 15 menit naik bus, seorang ahjumma dari belakang bus menepuk bahu saya, sambil menunjuk-nunjuk dan berbahasa Korea si ahjumma ini memberitahukan sudah sampai di Gamcheon Culture Village. Ah, ternyata teriakan ke Sopir tadi juga didengar penumpang lain.
Sampai di Gamcheon Culture Village, saya kemudian membeli map seharga KRW 2.000, didalam map selain berisikan peta tentang Gamcheon Culture Village juga terdapat list spot-spot yang harus dikunjungi, jika sampai di spot tersebut kita bisa menandainya dengan menyetempel di map (stempel disediakan ditiap spot).
Karena salting, saya mengalihkan pandangan ke sekitar, melihat ke luar bus. Perjalanan menuju gamcheon culture village ini jalanannya menanjak dan berputar-putar karena berada di dataran tinggi, siapkan obat anti mabuk jika memang tidak kuat dengan jalanan berkelok-kelok, selain jalanan yang ekstrim, di dalam bus juga bau ikan maklumlah banyak ahjumma yang habis belanja ikan di pasar.
Sekitar 15 menit naik bus, seorang ahjumma dari belakang bus menepuk bahu saya, sambil menunjuk-nunjuk dan berbahasa Korea si ahjumma ini memberitahukan sudah sampai di Gamcheon Culture Village. Ah, ternyata teriakan ke Sopir tadi juga didengar penumpang lain.
Sampai di Gamcheon Culture Village, saya kemudian membeli map seharga KRW 2.000, didalam map selain berisikan peta tentang Gamcheon Culture Village juga terdapat list spot-spot yang harus dikunjungi, jika sampai di spot tersebut kita bisa menandainya dengan menyetempel di map (stempel disediakan ditiap spot).
Sejarah dari Gamcheon Culture Village ini dulunya adalah desa untuk pengungsian warga sewaktu perang Korea, desa ini dulunya kumuh dan miskin, kemudian pada tahun 2009 pemerintah Busan mengubah desa ini menjadi kawasan wisata dengan melibatkan para seniman, setiap dinding rumah penduduk dicat dan dilukis dengan warna-warni yang indah. Salut deh buat Korea, untuk memajukan wisatanya.
Di kawasan Gamcheon Culture Village, banyak spot-spot untuk berfoto yang bikin kalap untuk narsis, meski solo travelling narsis tetap jalan terus hehehe. Karena masih pagi, suasana di Gamcheon belum banyak wisatawan, saya leluasa memasuki tempat-tempat yang diperbolehkan untuk dikunjungi, karena ini pemukiman penduduk jadi tidak semua tempat boleh dimasuki, bahkan karena ini rumah penduduk saya juga ngelihat seorang ahjumma yang sedang mencuci panci, bepergian tanpa tour memang sering membawa kejutan-kejutan yang menarik.
Di kawasan Gamcheon Culture Village, banyak spot-spot untuk berfoto yang bikin kalap untuk narsis, meski solo travelling narsis tetap jalan terus hehehe. Karena masih pagi, suasana di Gamcheon belum banyak wisatawan, saya leluasa memasuki tempat-tempat yang diperbolehkan untuk dikunjungi, karena ini pemukiman penduduk jadi tidak semua tempat boleh dimasuki, bahkan karena ini rumah penduduk saya juga ngelihat seorang ahjumma yang sedang mencuci panci, bepergian tanpa tour memang sering membawa kejutan-kejutan yang menarik.
spot foto di Gamcheon Culture Village
Gamcheon Culture Village
Getting There :
Toseong Station exit 6, kemudian belok kanan lalu berjalan lurus sampai bertemu dengan Cancer Centre (Rumah Sakit), tunggu bus no 2 atau 2-2 dihalte depan rumah sakit.
Kuliner Gaemijip
Karena belum sarapan dan jam menunjukkan pukul 11.30 tujuan selanjutnya berkuliner, restaurant yang saya pilih adalah berada di kawasan Gukje Market. Kuliner ini terletak di sebuah pasar di Korea, meski pasar jangan dibayangkan kumuh karena lokasinya sangat bersih.
Memasuki restaurant, saya disambut ahjumma waitres, seperti biasa restaurant korea itu jarang banget menulis menu dalam bahasa latin dan juga tanpa foto, yang ada hanya tulisan hangeul. Berbekal tulisan dibuku kecil saya, saya membaca menu dengan terbata-bata “Naksae bokkeum’ sesuai dengan website visitkorea, si ahjumma kemudian tersenyum dan membenarkan pengucapan saya “naksi bokqium”.
Karena belum sarapan dan jam menunjukkan pukul 11.30 tujuan selanjutnya berkuliner, restaurant yang saya pilih adalah berada di kawasan Gukje Market. Kuliner ini terletak di sebuah pasar di Korea, meski pasar jangan dibayangkan kumuh karena lokasinya sangat bersih.
Memasuki restaurant, saya disambut ahjumma waitres, seperti biasa restaurant korea itu jarang banget menulis menu dalam bahasa latin dan juga tanpa foto, yang ada hanya tulisan hangeul. Berbekal tulisan dibuku kecil saya, saya membaca menu dengan terbata-bata “Naksae bokkeum’ sesuai dengan website visitkorea, si ahjumma kemudian tersenyum dan membenarkan pengucapan saya “naksi bokqium”.
Suasana di dalam restaurant
Menu yang saya pesan naksae bokkeum adalah spicy stir-fried baby octopus & shrimp, memang agak ngeri kedengarannya menu yang saya pesan bayi gurita yang dicampur dengan udang hihihi.Rasanya bagaimana? Wuih enak banget, ah nulisnya jadi ngiler.
Ahjumma waitres membawakan sebuah wajan yang diletkkan di kompor diatas meja, ibaratnya mirip restaurant Jepang di Indonesia. Selain wajan tersebut, ada beberapa mangkuk yang terhidang dimeja yaitu nasi, cah kangkung, teri, salad mayonnaise, rumput laut, kaldu dan tak lupa yang selalu adalah kimchi. Kira-kira sekitar 5 menitan gurita ini matang, ahjumma kemudian mengaduk-aduk dan mematikan kompor.
Ahjumma waitres membawakan sebuah wajan yang diletkkan di kompor diatas meja, ibaratnya mirip restaurant Jepang di Indonesia. Selain wajan tersebut, ada beberapa mangkuk yang terhidang dimeja yaitu nasi, cah kangkung, teri, salad mayonnaise, rumput laut, kaldu dan tak lupa yang selalu adalah kimchi. Kira-kira sekitar 5 menitan gurita ini matang, ahjumma kemudian mengaduk-aduk dan mematikan kompor.
Menu "naksae bokkeum"
Karena udah lapar berat, langsung deh menyantap makanan..eh, siahjumma kemudian menghampiri lagi sambil bilang "ani ani" (bukan bukan), rupanya dia memperhatikan cara makan saya..sambil dengan bahasa isyarat ahjumma memberitahukan cara makannya yaitu nasi, cah kangkung, teri, salad mayonnaise, rumput laut dijadikan satu dalam mangkuk kemudian diaduk jadi satu, sedangkan octopus tetap dibiarkan diatas wajan.
Getting There:
Gaemijip (개미집)
14, Sinchangdong1-ga, Jung-gu, Busan
Jagalchi station exit 7, berjalan lurus sepanjang junggu ro sampai bertemu dengan pasar Gate B dengan papan nama berwarna hijau desebelah kanan. Nah, jika sudah menemukan gate B, menyeberanglah kemudian berjalan lurus hingga menemukan persimpangan perempatan yang pertama lalu belok kanan. Dari belok kanan tersebut, Gaemijip ada di sebelah kanan. Nama restaurant tidak ditulis dalam latin tetapi Hangeul, kalau malas bertanya cocok-kan saja tulisan korea개미집seperti ini.
Gukje Market
Di Gukje Market, saya benar-benar kalap belanja, harga oleh-oleh disini jauh lebih murah daripada di Seoul khususnya Insadong. Saya beli oleh-oleh seperti backpack korea, guntingan kuku dan boneka Korea. Di gukje market, juga terdapat baju-baju bekas musim dingin seperti coat yang seharga KRW. 10.000, tanpa ditawar yah..karena harganya fixed price. Awalnya saya tidak berniat membeli coat bekas, tapi ngelihat kualitasnya yang masih bagus, jadinya beli satu buah.
Di Gukje Market, saya benar-benar kalap belanja, harga oleh-oleh disini jauh lebih murah daripada di Seoul khususnya Insadong. Saya beli oleh-oleh seperti backpack korea, guntingan kuku dan boneka Korea. Di gukje market, juga terdapat baju-baju bekas musim dingin seperti coat yang seharga KRW. 10.000, tanpa ditawar yah..karena harganya fixed price. Awalnya saya tidak berniat membeli coat bekas, tapi ngelihat kualitasnya yang masih bagus, jadinya beli satu buah.
Oleh-oleh khas Korea
baju bekas di Gukje market
Puas belanja, saya ngelihat ada salah satu stand makanan kaki lima yang antriannya panjang beneeeer, karena ramai banget akhirnya penasaran dan latah antri ngelihat harga KRW 1.000, padahal perut juga masih kenyang habis makan gurita. Oh, ya jangan dibayangin antriannya bakalan main serobot ya, karena meski dikaki lima udah ada yang ngatur khusus yang mau antri, selain ramai juga ada stasiun televisi lagi ngeliput jajanan ini (lumayan masuk tipi Korea).
Sepulu menit kemudian, saya berhasil mendapatkan jajanan ini, bentuknya seperti dorayakinya doraemon berbentuk bulat berwarna coklat isinya kacang dan ditaruh disebuah gelas kertas. Kelihatannya biasa aja, namun ketika digigit bakalan crispy kriuk-kriuk…enak banget saudara-saudara. Sayangnya cuma beli satu, dan sampai detik ini saya tidak tahu nama dari jajanan itu. Mungkin ada yang mau kasih info?
Sepulu menit kemudian, saya berhasil mendapatkan jajanan ini, bentuknya seperti dorayakinya doraemon berbentuk bulat berwarna coklat isinya kacang dan ditaruh disebuah gelas kertas. Kelihatannya biasa aja, namun ketika digigit bakalan crispy kriuk-kriuk…enak banget saudara-saudara. Sayangnya cuma beli satu, dan sampai detik ini saya tidak tahu nama dari jajanan itu. Mungkin ada yang mau kasih info?
Getting there:
Gukje Market
Jagalchi station exit 7, setelah keluar dari subway, berjalanlah lurus hingga menemukan tenda-tenda makanan berwarna merah di sebelah kanan seberang jalan kemudian menyeberanglah.
Jagalchi Fish Market
Dari Gukje Market, lokasi Jagalchi Fish Market tak jauh dari pasar ini. Jalanan menuju di jagalchi fish market ini basah dan bau ikan (pastinya karena jualan ikan hehehe), di jagalchi saya hanya mampir, tidak sempat eksplor dari lantai satu ke lantai atas, alasannya sih karena jalan sendirian, saya merasa akan terlihat aneh jika berjalan-jalan di pasar ikan ini sendirian.
Saya hanya memasuki gedung dan melihat suasananya kemudian balik lagi, biasanya sih wisatawan kalau kesini beli ikan atau kepiting kemudian dimasak di restaurant dilantai atas, bayangkan kalau sendirian beli ikan lalu dimakan sendiri, pasti yang ngelihat saya akan merasa kasihan hahaha….
Dari Gukje Market, lokasi Jagalchi Fish Market tak jauh dari pasar ini. Jalanan menuju di jagalchi fish market ini basah dan bau ikan (pastinya karena jualan ikan hehehe), di jagalchi saya hanya mampir, tidak sempat eksplor dari lantai satu ke lantai atas, alasannya sih karena jalan sendirian, saya merasa akan terlihat aneh jika berjalan-jalan di pasar ikan ini sendirian.
Saya hanya memasuki gedung dan melihat suasananya kemudian balik lagi, biasanya sih wisatawan kalau kesini beli ikan atau kepiting kemudian dimasak di restaurant dilantai atas, bayangkan kalau sendirian beli ikan lalu dimakan sendiri, pasti yang ngelihat saya akan merasa kasihan hahaha….
Suasana di Jagalchi Fish Market
Dari Jagalchi Fish Market ini, karena kelelahan saya memutuskan untuk balik ke Hotel, malamnya hari akan mengunjungi Gwangan Beach, Haeundae market dan Ops Bakery
Artikel selanjutnya:
Artikel selanjutnya:
Wisata Busan : Gwangalli Beach, Ops Bakery dan Haeundae Market
0 Comments