Feri yang saya tumpangi merapat di salah satu desa kecil tujuan wisatawan di Pulau Samosir yaitu Desa Tomok. Ya, memang menyeberangi Pulau Samosir tak akan lengkap jika tidak mengunjungi Tomok, salah satu desa yang berada di tengah Danau Toba ini mempunyai beberapa obyek wisatawan yaitu makam batu Raja Sidabutar, pertunjukkan Sigale-gale dan kios-kios pedagang penjual cindera mata khas batak.
Turun dari Feri saya dan rombongan TX Travel disambut oleh para pedagang keliling yang menjual dagangannya seperti kacang rebus, ikan asin dan aneka jajanan khas desa setempat. Berjalan beberapa langkah tampak kios-kios yang berderet rapi dikiri dan kanan jalan yang menjual souvenir untuk oleh-oleh seperti kain ulos, kaos, aksesoris, tas, dan pajangan dinding.
Turun dari Feri saya dan rombongan TX Travel disambut oleh para pedagang keliling yang menjual dagangannya seperti kacang rebus, ikan asin dan aneka jajanan khas desa setempat. Berjalan beberapa langkah tampak kios-kios yang berderet rapi dikiri dan kanan jalan yang menjual souvenir untuk oleh-oleh seperti kain ulos, kaos, aksesoris, tas, dan pajangan dinding.
Tujuan pertama adalah menuju makam batu Raja Sidabutar, sebelum menaiki tangga untuk menuju makam saya dipakaikan kain ulos berwarna cerah di sebelah kanan, pemakaian kain ulos ini ada makna tersendiri yaitu jika kain ulos berwarna gelap untuk laki-laki dan warna cerah seperti pink, ungu atau kuning untuk perempuan dan jika dipakai sebelah kiri untuk perempuan janda sedangkan sebelah kanan diartikan bukan janda.
Tour guide saya Pak Rachmad kemudian menjelaskan bahwa makam keluarga kerajaan ini berumur lebih dari 200 tahun. Makam-makam disini berbentuk seperti peti mati yang diletakkan diatas tanah bukan seperti peti mati yang pada umumnya di letakkan didalam tanah yang bertujuan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa yang dimakamkan adalah orang yang pernah berkuasa di daerah Tomok. Makam batu ini juga terukir replika wajah raja, permaisuri dan juga putra raja, namun karena termakan usia dan lumut ukiran menjadi kurang jelas.
Tour guide saya Pak Rachmad kemudian menjelaskan bahwa makam keluarga kerajaan ini berumur lebih dari 200 tahun. Makam-makam disini berbentuk seperti peti mati yang diletakkan diatas tanah bukan seperti peti mati yang pada umumnya di letakkan didalam tanah yang bertujuan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa yang dimakamkan adalah orang yang pernah berkuasa di daerah Tomok. Makam batu ini juga terukir replika wajah raja, permaisuri dan juga putra raja, namun karena termakan usia dan lumut ukiran menjadi kurang jelas.
Dari makam Raja Sidabutar saya menuju Rumah adat Batak yang disebut Bolon, rumah ini terbuat dari kayu berbentuk rumah panggung dengan atap yang runcing dibagian belakang lebih tinggi darpada bagian depan, untuk masuk rumah terdapat tangga kecil dan pintu kecil yang berfungsi jika kita masuk kedalam rumah agar menundukkan kepala sebagai tanda untuk menghormati penghuni rumah. Saat ini rumah-rumah adat ini masih terjaga dengan baik dan masih ditinggali secara turun-temurun.
Didepan rumah adat terdapat patung Sigale-gale sebuah boneka kayu yang bisa digerakkan untuk menari. Boneka ini terbuat dari kayu menyerupai manusia dengan kostum tradisional berwarna hitam, memakai ikat kepala dan sarung yang ditancapkan pada sebuah kayu. Dikisahkan sejarah boneka sigale-gale dibuat karena kesedihan Raja yang kehilangan putra kesayangannya yang tewas karena berperang. Untuk menghibur raja, rakyat kemudian membuat patung yang menyerupai putra raja. Untuk menghibur raja dpanggilah dukun agar sigale-gale bergerak dengan sendiri dengan diiringi musik tradisional.
Siang itu selain menyaksikan pertunjukkan Sigale-Gale, saya juga diajak untuk menari mengikuti irama musik batak bersama penonton lainnya dan juga menari bersama Teddy Tamasya.
0 Comments