Bali tidak akan pernah habis wisatanya untuk dikunjungi. Selain pesona wisatanya yang memukau, kulinernya selalu membuat saya ketagihan. Kuliner halal di Bali sangat mudah ditemukan, ini yang membuat saya tak perlu khawatir berkuliner di Pulau Dewata ini. Saya pernah mencicipi bebek crispy, nasi pedas, sate lilit dan nasi campur dengan sambal matahnya. Selain itu nasi ayam kedawetan Bu Mangku dan sop ikan Mak Beng yang sangat terkenal bagi wisatawan juga menjadi destinasi kuliner halal saya di Bali.
Nasi Ayam Kedawetan Bu Mangku
Dengan bantuan GPS, mobil sewaan saya melaju ke daerah Kedawetan Ubud. Demi Nasi Ayam Kedawetan Bu Mangku saya menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam dari Kuta. Namun saya harus rela gigit jari karena restoran ini sudah tutup pada pukul 4 sore, sedangkan saya datang 30 menit setelahnya. Kekecewaan saya terlihat dari seseorang pengendara motor yang mengetuk kaca mobil saya yang berhenti di depan restoran, Bli itu memberitahukan bahwa Nasi Ayam Kedawetan Bu Mangku sudah ada cabangnya di Denpasar atau Seminyak.
Saya kemudian menuju Denpasar dan menepis mitos bahwa rasa masakan di tempat aslinya jauh lebih enak daripada di cabangnya. Di Jalan Raya Tukad Badung, saya melihat restoran ini tampak kecil di luar, namun ketika saya masuk kedalam restoran terlihat beberapa gazebo yang bisa menampung hingga 100 orang. Sekelilingnya terdapat ikan koi besar dan terdengar gemericik airnya yang jernih. Rupanya warung cabang ini terlihat sama uniknya dengan pusatnya yang di Ubud itu.
Nasi Ayam Kedawetan Bu Mangku Denpasar |
Saya berjalan lagi ke depan menuju etalase makanan untuk memesan menunya. Hanya ada dua menu yaitu Nasi Ayam Campur dan Nasi Ayam Pisah. Saya memilih Nasi Ayam Campur yang terdiri dari lawar, telur, ayam suwir pedas, jeroan hati dan paruh sapi, kacang goreng dan kering tempe seharga Rp. 25.000,- Saya tidak mendapatkan sate lilit karena stock sedang kosong, padahal sate lilit merupakan menu khas dari nasi campur ini. Mungkin ini pertanda saya harus kembali lagi ke Bali demi seporsi Nasi Ayam Kedawetan Bu Mangku.
Dalam campuran menu nasi tersebut terdapat lawar yang merupakan makanan tradisional Bali yang dulunya hanya dihidangkan ketika upacara keagamaan. Bisa diibaratkan jika Jawa Timur mempunyai trancam dan urap-urap, sedangkan Bali mempunyai lawar. Makanan tradisional ini biasanya juga menggunakan daging babi dan daging penyu, sedangkan restoran ini tentunya memakai daging ayam dengan kacang panjang muda dengan parutan kelapa. Rasanya sangat unik dan cocok disandingkan dengan nasi panas yang mengepul.
lawar |
Warung Mak Beng
Menikmati Pantai Sanur tak akan lengkap jika belum mampir ke Warung Mak Beng yang lokasinya tak jauh dari bibir pantai. Buka dari pagi hingga malam hari, restoran tersebut tak pernah sepi pengunjung, padahal daya tampungnya hanya menampung sekitar 50 orang. Deretan meja dan kursi panjang seadanya pun tak elak menjadi rebutan para pengunjung demi seporsi sop ikan.
Pantai Sanur |
Saya memesan seporsi nasi putih, sop ikan dan ikan goreng yang dibanderol dalam satu paket harga Rp. 45.000,- Jika tak menginginkan menu paket kita bisa memesan nasi beserta ikan goreng saja atau sop ikan saja.
Sup Ikan Mak Beng |
Sop ikan tersebut kaya akan rempah yang khas akan kelezatan kuliner Indonesia, rasanya sangat segar, asam dan bumbunya sangat terasa. Untuk jenis ikannya saya kurang yakin antara ikan barakuda, ikan kakap merah atau ikan jangki yang sering ditangkap nelayan di Bali. Sedangkan ikan goreng yang disajikan bersama sambal, digoreng kering. Rasanya dibuat hambar seperti kurang bumbu, namun ikan ini sangat cocok bila diberikan kuah dari sop ikan yang pedas.
Ikan Mak Beng |
Kelezatan kuliner Indonesia yang kaya rempah memang sudah diakui dunia. Membicarakan kuliner Bali selalu ingin membuat saya kangen lagi untuk pergi ke Bali. Selamat Berlibur.
0 Comments