Di tahun 2014 ini saya kembali berlibur ke Singapore, agendanya adalah jalan-jalan sekalian nyelipin wisata kuliner. Yang berbeda dari kuliner Singapore Part 1 dan 2 adalah budget kali ini agak mahal, berkisar antara SGD 6 – 15 (kurs Rp. 9.300), alasan saya mencoba kuliner mahal bukan karena faktor gaya-gayan tetapi dikarenakan tema liburan bersama keluarga besar dengan membawa anak kecil yang tidak mau repot nyari tempat-tempat makan yang murah, yang terpenting adalah nyaman dan dekat dengan penginapan maupun di area tempat wisata yang saya lewati.
Inilah beberapa kuliner yang sudah saya coba :
Ramen Champion
Banyak wisatawan yang dibuat penasaran oleh Ramen Champion yang ada di Bugis+ yang tersohor hingga ke beberapa negara, dan saya orang yang beruntung bisa menikmati kelezatan ramen di Ramen Champion ini, dan sekaligus apes (untuk cerita apes saya tulis di akhir artikel biar pada penasaran hehehe)
Ramen Champion terletak di area Food court lantai atas Bugis+, perbedaan restaurant ini dengan ramen lainnya adalah konsepnya yang unik, di area ini kita dapat menikmati resep ramen dari 6 chefs yang didatangkan langsung dari Jepang, ke 6 chefs tersebut berkompetisi untuk menu ramen yang paling difavoritkan dan banyak dipesan oleh pengunjung dengan cara vote di website.
Inilah beberapa kuliner yang sudah saya coba :
Ramen Champion
Banyak wisatawan yang dibuat penasaran oleh Ramen Champion yang ada di Bugis+ yang tersohor hingga ke beberapa negara, dan saya orang yang beruntung bisa menikmati kelezatan ramen di Ramen Champion ini, dan sekaligus apes (untuk cerita apes saya tulis di akhir artikel biar pada penasaran hehehe)
Ramen Champion terletak di area Food court lantai atas Bugis+, perbedaan restaurant ini dengan ramen lainnya adalah konsepnya yang unik, di area ini kita dapat menikmati resep ramen dari 6 chefs yang didatangkan langsung dari Jepang, ke 6 chefs tersebut berkompetisi untuk menu ramen yang paling difavoritkan dan banyak dipesan oleh pengunjung dengan cara vote di website.
Memasuki area restaurant, saya diberikan sebuah kartu yang bisa digelangkan di tangan, kartu ini berfungsi untuk memesan makanan di area Ramen Champion. Ketika saya pesan menu ramen saya menunjukkan kartu kemudian diberikan timer vibrate (sorry gak tau nama pastinya), jika ramen sudah jadi maka timer ini bergetar dan kita boleh mengambil ramen di kedai yang kita pesan.
Pesanan saya adalah special ramen di kedai chefs Kazuo Yamagishi seharga SGD 14,5, ramen yang saya pesan adalah salah satu the best ramen no 1 di Tokyo – Jepang jadi untuk rasa sudah tak diragukan lagi. Tak lama pesanan saya jadi, dari penampilannya sudah terlihat enak, aromanya juga enak, ramen saya terdiri irisan daging, tamago/telur setengah matang, kamaboko atau sosis yang berbentuk bunga putih dan selembar seaweed/rumput laut dan rasanya enaaaaaaak bangetttt. Untuk porsi ramen disini adalah porsi yang jumbo bisa untuk 2 orang yang dijamin pasti kenyang.
Pesanan saya adalah special ramen di kedai chefs Kazuo Yamagishi seharga SGD 14,5, ramen yang saya pesan adalah salah satu the best ramen no 1 di Tokyo – Jepang jadi untuk rasa sudah tak diragukan lagi. Tak lama pesanan saya jadi, dari penampilannya sudah terlihat enak, aromanya juga enak, ramen saya terdiri irisan daging, tamago/telur setengah matang, kamaboko atau sosis yang berbentuk bunga putih dan selembar seaweed/rumput laut dan rasanya enaaaaaaak bangetttt. Untuk porsi ramen disini adalah porsi yang jumbo bisa untuk 2 orang yang dijamin pasti kenyang.
Sehabis makan menu ramen, saya mulai curiga tentang kelezatan ramen yang saya makan, terpikir jangan-jangan menggunakan kaldu dan daging babi, terus terang saja saya terlena dengan gambar ramen yang saya pesan sehingga lupa menanyakan bahan ramen tersebut, lalu saya bertanya ke gerai ramen yang saya pesan tadi.
Saya : Do you have chicken menu?
Chefs: No, these all pork ramen menu (sambil tunjuk semua gambar menu)
Seketika saya langsung lemes “do you knowlah muslim gak boleh makan pork”, pantesan ramen yang saya makan tadi daging dan kuahnya enak banget karena terbuat dari kuah kaldu babi dan dagingnya dari perut babi bagian dalam, sedangkan untuk kuahnya berasal dari kaldu babi yang direbus selama 6 – 15 jam. Hyaaaaa…inilah ke apesan saya, bodoh banget sebelum makan tadi saya tidak bertanya dahulu, malah nanyanya setelah ramen habis, saya terkecoh karena penampilannya mirip dengan daging sapi.
Zam-Zam Restaurant
Anak backpacker pasti tahu banget tentang Zam-Zam restaurant, lokasinya terletak di depan Sultan Mosque daerah bugis yang merupakan kawasan hostel backpacker membuat restaurant ini tak pernah sepi pengunjung. Untuk harga makanannya berkisar antara SGD 6,5 keatas, harganya memang tak murah namun porsinya yang jumbo bisa untuk 3 orang, jadi buat backpackeran harganya dibagi 3 orang jadi murah ya? Hehehehe…
Atmosfer di Zam-Zam restaurant ini berasa seperti di Indonesia, karena mayoritas pengunjung adalah orang Indonesia dan Malaysia, bahkan untuk berkomunikasi memesan makanan bisa menggunakan bahasa Indonesia atau melayu, pelayan restaurant maupun koki adalah orang India yang bisa berbahasa melayu.
Saya : Do you have chicken menu?
Chefs: No, these all pork ramen menu (sambil tunjuk semua gambar menu)
Seketika saya langsung lemes “do you knowlah muslim gak boleh makan pork”, pantesan ramen yang saya makan tadi daging dan kuahnya enak banget karena terbuat dari kuah kaldu babi dan dagingnya dari perut babi bagian dalam, sedangkan untuk kuahnya berasal dari kaldu babi yang direbus selama 6 – 15 jam. Hyaaaaa…inilah ke apesan saya, bodoh banget sebelum makan tadi saya tidak bertanya dahulu, malah nanyanya setelah ramen habis, saya terkecoh karena penampilannya mirip dengan daging sapi.
Ramen Champion
Bugis+ #04 – 10
Singapore
(Near BUGIS MRT Station)
11.30 – 10.30 pm
Zam-Zam Restaurant
Anak backpacker pasti tahu banget tentang Zam-Zam restaurant, lokasinya terletak di depan Sultan Mosque daerah bugis yang merupakan kawasan hostel backpacker membuat restaurant ini tak pernah sepi pengunjung. Untuk harga makanannya berkisar antara SGD 6,5 keatas, harganya memang tak murah namun porsinya yang jumbo bisa untuk 3 orang, jadi buat backpackeran harganya dibagi 3 orang jadi murah ya? Hehehehe…
Atmosfer di Zam-Zam restaurant ini berasa seperti di Indonesia, karena mayoritas pengunjung adalah orang Indonesia dan Malaysia, bahkan untuk berkomunikasi memesan makanan bisa menggunakan bahasa Indonesia atau melayu, pelayan restaurant maupun koki adalah orang India yang bisa berbahasa melayu.
Menu favorit adalah chicken biryani, menu ini adalah menu khas dari India yang disajikan bersama kuah kari kambing. Awalnya saya tidak mengetahui kalau menu ini porsinya jumbo, saya dan suami-pun pede pesan agak maruk yaitu beef biryani, chicken biryani, beef murtabak (small) dan teh tarik.
Setelah dihidangkan kami langsung syock melihat porsinya, nasi biryani banyak banget, nasinya berbentuk lebih panjang berbeda dengan nasi di Indonesia. Seporsi chicken biryani saya dengan potongan ayam bagian dada yang jumbo banget, saya cukup ngos-ngosan untuk menghabiskan seporsi chicken biryani, dan akhinya menyerah menghabiskan setengah porsi saja.
Selanjutnya meski perut sudah penuh, masih ada lagi seporsi murtabak beef khas India, meski pesan ukuran small ukurannya juga cukup besar yang bisa untuk 3 orang. Murtabak atau di Indonesia yang disebut martabak ini rasanya jauh berbeda dengan di Indonesia, jangan dibayangkan seperti martabak “H**land” rasanya jauh lebih enak, sekali lagi enakkkkk banget, kulit martabak dan aromanya benar-benar khas.
Singapore Food Trail
Setelah dari Singapore flyer, saya sekaligus berkuliner di Singapore Food Trail yang lokasinya masih satu area di Singapore Flyer. Di Singapore Food Trail merupakan hawker (foodcourt ala Singapore) yang suasananya dibuat seperti tempo doloe tahun 1960-an. Suasana yang ditawarkan dibuat mirip dengan zaman tempo doloe seperti meja, kursi, pernak-pernik jadul bahkan ada mesin jahit model kuno.
Selanjutnya meski perut sudah penuh, masih ada lagi seporsi murtabak beef khas India, meski pesan ukuran small ukurannya juga cukup besar yang bisa untuk 3 orang. Murtabak atau di Indonesia yang disebut martabak ini rasanya jauh berbeda dengan di Indonesia, jangan dibayangkan seperti martabak “H**land” rasanya jauh lebih enak, sekali lagi enakkkkk banget, kulit martabak dan aromanya benar-benar khas.
Zam-Zam Restaurant
697 North Bridge Road
Singapore
(Front Sultan Mosque)
Open : 08.00 - 23.00
Singapore Food Trail
Setelah dari Singapore flyer, saya sekaligus berkuliner di Singapore Food Trail yang lokasinya masih satu area di Singapore Flyer. Di Singapore Food Trail merupakan hawker (foodcourt ala Singapore) yang suasananya dibuat seperti tempo doloe tahun 1960-an. Suasana yang ditawarkan dibuat mirip dengan zaman tempo doloe seperti meja, kursi, pernak-pernik jadul bahkan ada mesin jahit model kuno.
Cukup banyak gerai makanan yang menjual makanan khas Singapore, saya tertarik di kedai Hainanese, pesanan saya dan suami adalah Roasted Chicken Rice SGD.5 dan Thai Style Chicken Rice SGD. 5.5. Kalau pesan yang aneh-aneh khas Singapore bisa pilih popiah, fried Oysters, bak kut the, hokkien mie maupun satay.
Roasted Chicken Rice yang saya pesan cukup recommended, nasinya seperti aroma nasi uduk, daging ayamnya juga banyak dan empuk, sedangkan Thai Style Chicken rasanya kurang enak dikarenakan saosnya yang terasa asam tidak cocok dengan lidah saya.
Selanjutnya saya pesan Ice Kachang yang merupakan dessert khas Singapore yang saat ini agak susah ditemukan lagi. Ice Kachang di Singapore Food Trail dibanderol seharga SGD 3,5 jika dikurskan sekitar Rp. 33.000,- hehehe harap maklum Singapore geto loh… Sekilas Ice Kachang penampilannya mirip dengan es campur, tetapi rasanya jauh berbeda dikarenakan ice menggunakan gula merah, syrup dan susu, sedangkan isinya terdiri dari jelly, kacang merah dan jagung manis. Penampilannya memang sugguh menggoda dan rasanya segar sekaligus enak, jika di Singapore sangat wajib mencobanya. Untuk memperoleh ice kachang selain di Singapore Food trail juga terdapat di hawker-hawker mapun di Food Republic.
KOI café
Di Singapore sama halnya dengan di Indonesia minuman buble tea saat ini lagi ngehip, salah satu minuman buble tea yang terkenal di Singapore adalah Koi Café yang berasal dari Taiwan. Di Singapore Koi ada beberapa cabang, di cabang tersebut hampir semuanya terlihat ramai dengan antrian meluber, jadi siap-siap aja semakin penasaran.
Selanjutnya saya pesan Ice Kachang yang merupakan dessert khas Singapore yang saat ini agak susah ditemukan lagi. Ice Kachang di Singapore Food Trail dibanderol seharga SGD 3,5 jika dikurskan sekitar Rp. 33.000,- hehehe harap maklum Singapore geto loh… Sekilas Ice Kachang penampilannya mirip dengan es campur, tetapi rasanya jauh berbeda dikarenakan ice menggunakan gula merah, syrup dan susu, sedangkan isinya terdiri dari jelly, kacang merah dan jagung manis. Penampilannya memang sugguh menggoda dan rasanya segar sekaligus enak, jika di Singapore sangat wajib mencobanya. Untuk memperoleh ice kachang selain di Singapore Food trail juga terdapat di hawker-hawker mapun di Food Republic.
KOI café
Di Singapore sama halnya dengan di Indonesia minuman buble tea saat ini lagi ngehip, salah satu minuman buble tea yang terkenal di Singapore adalah Koi Café yang berasal dari Taiwan. Di Singapore Koi ada beberapa cabang, di cabang tersebut hampir semuanya terlihat ramai dengan antrian meluber, jadi siap-siap aja semakin penasaran.
Bagi warga Jakarta KOI café sekarang sudah banyak di mall-mall Jakarta, sedangkan di Surabaya KOI ini masih belum ada gerainya, jadi ketika di Singapore sewaktu saya melewati Bugis+ dibuat mupeng penasaran…
Saya mencoba rasa yang paling favorit yaitu buble milk tea, untuk rasa hampir mirip dengan Chatime, ukuran gula juga bisa di mix sesuai selera mulai dari sugar levelnya ada no sugar, 25%, 50%, 70%, 100%. Lalu pertanyaannya pasti “Enak gak”? yah, mirip-mirip banget chatime lah…saya juga lebih milih Chatime karena harganya lebih murah hehehe di Chatime harga Rp. 22.000 sudah dapat jasmine milk tea ukuran large, sedangkan di KOI harga minuman favorit sekitar SGD 4,5 – 6 (mahhhall jika dikurskan).
Saya mencoba rasa yang paling favorit yaitu buble milk tea, untuk rasa hampir mirip dengan Chatime, ukuran gula juga bisa di mix sesuai selera mulai dari sugar levelnya ada no sugar, 25%, 50%, 70%, 100%. Lalu pertanyaannya pasti “Enak gak”? yah, mirip-mirip banget chatime lah…saya juga lebih milih Chatime karena harganya lebih murah hehehe di Chatime harga Rp. 22.000 sudah dapat jasmine milk tea ukuran large, sedangkan di KOI harga minuman favorit sekitar SGD 4,5 – 6 (mahhhall jika dikurskan).
KOI Café
Bugis+
0 Comments